Wednesday, December 7, 2022

Murid ku Yang Sangat Mengoda

                                                                                  



 Pada mulanya aku tidak begitu tertarik dengan namanya chatting di media sosial apapun. Tetapi lama kelamaan aku jadi ketagihan dan setiap hari aku selalu meluangkan waktu Untuk beberapa saat lamanya sembari mengerjakan kegiatan mengajar. Baik itu melalui facebook ataupun di media sosial lain. Dan mulai dari sinilah aku mulai mengenal apa itu dunia cyber. 


Hingga sampailah aku di pertemukan dengan cewek yang berumur 17 tahun yang mempunyai nama asli Arini. Arini yang masih berstatus pelajar ini ternyata adalah siswa didik ku sendiri. Dengan paras yang cantik serta bentuk tubuh yang sexy di dukung penampilannya yang selalu mengenakan rok abu-abunya di atas lutut.


Menjadikan dirinya patut untuk di kagumi oleh setiap lelaki. Apalagi dengan hem putihnya yang sedikit transparan setiap Arini berangkat ke sekolah. Begitu menerawang terbentuk segaris Bra 36 warna hitam kesukaannya menjadikan setiap mata yang memandangnya tak akan berkedip sedetikpun.


oh aku lupa memperkenalkan namaku. panggil aku Arry, 27 tahun, aku seorang tenaga pengajar si sebuah SMA Negeri di Kab. Mojokerto. yah suatu tempat yang berhawa dingin di antara gunung. Saya rasa kalian tahu daerah mojokerto yang berhawa dingin



Arini adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup berada. Kesibukan Ayahnya sebagai seorang pengusaha resto dan rest area, menjadikan Arini selalu merasa kesepian. Demikian juga dengan Mamanya yang selalu sibuk di tempat usaha mereka. Karena merasa kesepian setiap pulang dari sekolah ataupun saat libur sekolah, menjadikan Arini tumbuh tanpa seorang figur dari keluarganya.


Kalau melihat kepribadiannya arini sebenarnya mempunyai kepribadian yang periang dan ramah.Semua itu bisa di lihat dengan kesehariannya yang selalu tersenyum kepada semua orang yang di jumpainya.


Demikian juga saat bertemu denganku lewat Chatting. Setiap perjumpaan selalu diakhiri dengan kesan yang baik, bagaimanapun juga aku sangat menghargai. Yah selama ini kita hanya bisa berkomunikasi luas lewat inbox facebook dan telpon, demi menjaga kredibelitas kita sebagai guru dan murid.


Kejujurannya yang menceritakan masalah keluarganya yang super sibuk dan mantan cowoknya yang berpaling darinya, karena tidak bisa bersabar menghadapi arini yang belakangan menjadi pemurung. Sifatnya yang pemurung itu disebabkan oleh suasana keluarganya yang mulai tidak harmonis lagi dan menjadikan sosok Arini menjadi minder di sekolahnya.



Hingga pada satu kesempatan dia memutuskan ingin bertemu secara langsung denganku secara pribadi di luar aktifitas sekolah. Hari itu setelah kita chatting beberapa saat, tiba-tiba dia menangis dan butuh teman untuk curhat secara langsung dan alasannya, karena dia sudah akrab dan percaya kepadaku. disekolah kami memang sepakat untuk saling cuek sebagaimana mestinya.


Setelah menentukan tempat yang cukup aman, sejuk udaranya dan tidak bising akhirnya aku sepakat menemuinya. Dengan perasaan deg-degan, sepanjang perjalanan aku berpikir ada masalah apa dengan Adinda. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku benar-benar ketemu dengannya. antara senang dan takut ketahuan.


Sesaat Aku terkagum-kagum melihat penampilannya hari itu. Berbeda dengan kesehariannya yang selalu mengenakan seragam sekolah. Hari itu Arini mengenakan stelan celana Rok jeans agak belel warna biru di padu dengan kaos putih ketat yang menonjol di bagian dadanya. Rambut panjangnya di biarkannya tergerai menyentuh bahunya melewati leher jenjangnya yang putih bersih.



Dari penampilannya yang mengagumkan aku sempat menelan ludah sesaat. Arini adalah sosok cewek idolaku. Mulai dari wajahnya, dadanya, pinggulnya dan lekukan Pantatnya yang sexy tecetak jelas di celananya yang ketat juga. Membuat aku menelan terdiam sesaat, sambil membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan dia.


Di sebuah cafe yang suasananya pada sore itu tidak begitu ramai, dengan hanya beberapa pengunjung, menjadikan pertemuanku dengan nya akan sangat berkesan tentunya. Selama pembicaraan di cafe, jantungku berdetak kencang setiap melirik paras Adinda yang cantik dan manis sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang merekah.


Untuk menghilangkan rasa cemasku, aku berusaha membuka pembicaraan dengan menanyakan bagaimana kesannya setelah bertemu dan ada masalah apa sampai dia memintaku datang menemuinya.



Pertemuan itu sebenarnya hanya sekedar alasannya aja agar bisa ngobrol langsung denganku dan mengenal lebih dekat siapa aku. Hal itu aku ketahui setelah kami terlibat perbincangan serius di cafe dan dia berterima kasih, kalau selama ini aku bisa dengan penuh kesabaran mendengarkan semua masalah yang di hadapinya.


“Pak Arry.. Boleh aku mengatakan sesuatu?” tanya Arini tiba-tiba.

“Boleh.. Ada apa emangnya?” tanyaku balik.

“Aku mulai merasakan semua kasih sayang Pak Arry selama ini,” jawabnya.

“Panggilan pak Arry terasa kaku banget, di luar sekolah panggil saja Arry” mintaku


di cafe itu dia bercerita banyak tentang keluarganya, keluh kesahnya, dan sesekali aku menggodanya untuk menghilangkan perasaan galau yang menghinggapi. Akhirnya kitapun memutuskan untuk kembali karena sudah larut malam.


Saat aku hendak menyalakan mesin mobil, tiba tiba Arini memarkir sepeda motor vario putihnya di samping kiri mobil dan mengetuk jendela mobil.


“mas Arry boleh saya masuk sebentar ” pintanya



Aku pun membuka pintu mobil dan mempersilahkan dia masuk.


“Ada apa Arini ”

“Aku hanya pengen ngucapin terimakasih atas perhatian Mas selama ini, Mas Arry mau mengisi hari-hariku, menemani, dan membuatku kembali ceria” kata Arini


“sudahlah din.. tidak usah berterimakasih seperti itu ” kataku


“Aku juga ingin memberikan hal yang sama buat kamu,” lanjutnya.


“dan aku harap mas Arry tidak menolak, apalagi menafsikan dengan hal yang negatif” lanjutnya


Aku hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasannya, dan Adinda mulai menciumku.


dengan lembut aku memeluk tubuhnya untuk meyakinkan bahwa semua yang kulakukan tulus adanya. Dan dengan pelan aku genggam jemari tangannya yang halus serta aku pegang dagunya dengan lembut bibirku menyentuh bibirnya yang terbuka sedikit. Yang tak lama aku telah menciumi leher Arini yang terlihat sangat bersih dan putih.


“Arini aku sayang kamu..,” bisikku di telinganya lirih.



Arini semakin erat memelukku sebagai ungkapan kebahagiaannya atas sikapku. Jok kursi mobil pun berubah menjadi datar, tubuh adinda menindihku..


“Arry.. Ohh..,” desah Arini ketika aku mencumbu lehernya setelah kita sampai di kamar. Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Arini yang jenjang.

“Akhh Massss..” tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Adinda yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.

“Ooohh.. Diet..” desahnya lirih.


Arini mulai terangang ketika ujung lidahku menjilati bukit payudaranya yang berukuran 36 itu. Aku semakin berani untuk melakukan yang Iebih jauh.. Dengan meremas payudara yang satunya.


“Arini.. Sayang, aku buka baju kamu yah..”? bisiku di telinganya.


Arini hanya terdiam pasrah ketika tangganku menaikkan kaos nya pakaiannya, sampai akhirnya dia terlihat mengenakan Bra warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas di depanku.



Setelah terbuka, kembali aku mengulum bibirnya yang merekah. Lidahku menjelajahi rongga di langit-langit mulutnya dan sesekali menghisap lidah Arini yang mulai terangsang dengan ciumanku. Tanganku yang nakal mulai melepas Bra warna hitam miliknya.


Dan.. Wow.. Tersembullah puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Arini untuk kemudian mulai menjilati puting Arini yang berwarna kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat putingnya berdiri dengan kencang.. Sedangkan tangan kananku memilin puting yang lainnya.


“Ooohh massss .. Enak sekali sayang..,” rintih Arini.


Dan saat aku mulai menegang.. Arini berusaha bangkit dari tempat kursi, tapi aku tidak memberikan kesempatan Arini untuk bangkit . Parfum Adinda yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya.


Aku beranikan diri untuk mulai menaikkan rok Arini celana jeans serta CD hitam berenda yang dipakainya. Dan darahku mendesir saat melihat gundukan yang ditumbuhi dengan rambut yang hitam lebat. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Arini.


“Oohh.. mas arrryy.. Nikmat.. Sayang,” Arini merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang kewanitaannya.

“Akhh.. Kamu pintar sekali sayaang..” Desah Arini disaat jilatanku semakin cepat, Arini sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda mau orgasme dan sesaat kemudian..

“Mass Arryyyyy.. Sayang.. Aku nggak tahan.. Oohh.. Mass aku mau..” Arini menggelinjang hebat sambil menjepit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa semakin terbenam di selangkangannya.

“Maass.. Ookkhh.. Aakuu keluaarr..” Jeritnya lirih.


Arini merintih panjang saat mencapai orgasmenya yang pertama, dia tersenyum puas. Aku biarkan dia terlentang menikmati orgasmenya, sambil membuka semua pakaian yang aku kenakan. Aku memperhatikan Arini begitu puas dengan pemanasan tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-binar.


Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir jok kursi mobil, dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran lumayan besar, langsung menghujam celah kenikmatan Arini sembari bibirku mengulum payudaranya.


“Aaakhh.. Diet..,” desah Arini, saat penisku melesak ke dalam lubang vaginanya.

“masss.. Penis kamu ohh..” desahnya kemudian.


                                                                        


Aku merasakan setiap jepitan bibir vaginanya yang begitu ketat, sampai terasa begitu nikmat lubang senggama Arini. Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Arini yang pertama kalinya merasakan nikmatnya bercinta. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh Arini menggelinjang hebat karena dia mulai bisa merasakan dan menikmati permainan ini.


“mass arry.. Sudah.. Sayang.. Akhh..” sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina Arini menjepit batang penisku.


Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Arini. Aku tidak mempedulikan desahan Arini yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi. Tiba-tiba Arini mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya.


Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan.. Sesaat kemudian.


“mass.. Aku.. Mau.. Keluarr lagi.. Aaakk.. Sayang, aku.. Nggak tahan..”

Seiring jeritan itu, aku merasakan cairan hangat kembali meleleh disepanjang batang penisku.

“Aaakhh.. Sayang.. Enak sekali.. Ooohh..,” rintih Arini lirih.

Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, diatas tubuh Arini. Disaat aku mulai mencapai klimaks, aku meminta Arini berganti posisi diatas.

“Arini.. Sayang kamu diatas yah..”Pintaku



Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Arini bangkit dan langsung menancapkan penisku dalam-dalam di lubang kewanitaannya.

“Akhh gila, penis kamu enak banget Maas.. Ooohh..” Arini merintih sambil terus menggoyangkan pinggulnya.

“Aduhh enak mass..” desahnya lagi.

Goyangan pinggul Adinda membuat gelitikan halus di penisku..

“Arini.. Sayang.. Akh..,” aku mengerang kenikmatan saat Arini menggoyang pinggulnya.

“Mas ary … Aku mau keluar nih..,” sambil merintih panjang, Arini menekankan dalam-dalam


Tubuhnya hingga penisku amblas ditelan vaginanya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan tanda-tanda akan mencapai orgasme.


“Aaahh.. Ahh.. Ohh,” teriakku

“Crott..” bersamaan dengan menyemburnya spermaku. Aku biarkan spermaku menyembur di dalam vaginanya. Sebagian dari spermaku langsung meleleh di sekujur pahanya yang mulus.



Setelah itu Arini berjalan menuju ke kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dari vaginanya. Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru pertama kalinya Arini bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.


“Mas Arry.. Kapan kamu ada waktu lagi untuk melakukan semua ini sayang,” tanya Arini.

Aku menjawab lirih, “Terserah Kamu deh, aku akan selalu sediakan waktu untuk kamu.”

“Makasih sayang.. Kamu telah memberikan apa yang selama ini belum aku rasakan,” kata Arini


Kemudian aku mengecup kembali Bibirnya yang merekah sebagai tanda kasih sayangku kepada Arini yang tulus.. Dan semoga cinta kami kekal sampai kursi pelaminan..


Amiinnnn…..


banner
Previous Post
Next Post

0 comments: