Aku Di Perkosa Oleh Ayah Ku Hingga Aku Hamil
Cerita Dewasa - Sebut saja Rendra, laki-laki 40 tahunan yg
menikahi Bundaku 1,5 tahun yg lalu. Ayah Rendra
menikahi Bundaku sejak Bunda menjanda akibat Ayah kandungku meninggal karena penyakit.
Setelah Ayah Rendra menikahi Bundaku, dgn sebisa mungkin Bunda mendekatkanku pada Ayah
Rendra, dgn sering mengajakku jalan-jalan, sering membelikanku barang-barang yg aku suka,
pokoknya semua yg aku inginkan selalu dipenuhi oleh Ayah Rendra, sampai akhirnya hatiku luluh
dan aku dekat dgn Ayah Rendra.
Ayah Rendra meskipun usianya sudah 40 tahunan, tetapi Ayah masih terlihat gagah sekali.
Wajahnya ganteng, badannya masih atletis karena Ayah Rendra setiap pagi selalu rutin berolah raga.
Semakin lama Ayah Rendra semakin dekat dgnku, aku merasakan kasih sayg yg lebih dari Ayah
Rendra.aku sering manja-manjaan dgn Ayah Rendra ketika sedang santai dirumah bersama dgn
Bunda juga. Tetapi semakin lama aku merasakan ada yg berbeda dari Ayah Rendra, entah itu hanya
perasaanku saja atau emang benar aku belom mengatahuinya.
ketika aku lahir aku diberi nama oleh Bundaku Amelia, umurku waktu ini 17 tahun. Tetapi postur
badanku tidak seperti pada gadis seumuranku, aku mempunyai postur badan yg tinggi, badan sintal,
dan yg jelas perkembangan buah dada dan bokongku cepat sekali, jadi buah dada terlihat besar 36
dan bokongku besar sampai menonjol keluar. Penampilanku jika berdandan bisa dibilang mirip
perempuan yg sudah bekerja. Kalau dirumah aku juga suka menggunakan pakaian santai dgn celana
pendek yg hanya menutupi kemaluanku dan tengtop srtitku sesampai buah dadaku terlihat menonjo
Perubahan sifat Ayah aku rasakan ketika sedang santai berdua dgn Ayah tanpa ada Bunda, Ayah
mengelus paha mulusku sembari sesekali mencolek bokongku yg besar. sampai waktu aku berpamitan
untuk pergi kesekolah aku yg biasanya hanya mencium pipi Ayah Rendra sekarang Ayah juga
mencium bibirku. Aku pun merasakan ciuman Ayah menandakan sesuatu hal. Tetapi aku masih
bingung dgn yg aku rasakan, aku tidak meolak sama sekali dgn yg Ayah lakukan kepadaku. Bahkan
aku sedikit menikmati perlakuan Ayah kepadaku. sampai akhirnya.
Suatu pagi seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku
memberikan ciuman ke Mamah, Ayah beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau
tidak mau kuikuti Ayah ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Ayah. Respon
Ayah pun kulihat biasa saja. Dgn sedikit membungkukkan badan atletisnya, Ayah menerima
ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Ayah mendaratkan bibirnya ke bibirku.
Serr.., darahku seketika berdesir. Apalagi rambut-rambut kasarnya bergesekan dgn bibir atasku. Tetapi
entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Ayah mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas
Ayah Rendra menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Ayah menikmati bibirku.
“Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!” begitu yg kudengar dari Ayah.
menikahi Bundaku 1,5 tahun yg lalu. Ayah Rendra
menikahi Bundaku sejak Bunda menjanda akibat Ayah kandungku meninggal karena penyakit.
Setelah Ayah Rendra menikahi Bundaku, dgn sebisa mungkin Bunda mendekatkanku pada Ayah
Rendra, dgn sering mengajakku jalan-jalan, sering membelikanku barang-barang yg aku suka,
pokoknya semua yg aku inginkan selalu dipenuhi oleh Ayah Rendra, sampai akhirnya hatiku luluh
dan aku dekat dgn Ayah Rendra.
Ayah Rendra meskipun usianya sudah 40 tahunan, tetapi Ayah masih terlihat gagah sekali.
Wajahnya ganteng, badannya masih atletis karena Ayah Rendra setiap pagi selalu rutin berolah raga.
Semakin lama Ayah Rendra semakin dekat dgnku, aku merasakan kasih sayg yg lebih dari Ayah
Rendra.aku sering manja-manjaan dgn Ayah Rendra ketika sedang santai dirumah bersama dgn
Bunda juga. Tetapi semakin lama aku merasakan ada yg berbeda dari Ayah Rendra, entah itu hanya
perasaanku saja atau emang benar aku belom mengatahuinya.
ketika aku lahir aku diberi nama oleh Bundaku Amelia, umurku waktu ini 17 tahun. Tetapi postur
badanku tidak seperti pada gadis seumuranku, aku mempunyai postur badan yg tinggi, badan sintal,
dan yg jelas perkembangan buah dada dan bokongku cepat sekali, jadi buah dada terlihat besar 36
dan bokongku besar sampai menonjol keluar. Penampilanku jika berdandan bisa dibilang mirip
perempuan yg sudah bekerja. Kalau dirumah aku juga suka menggunakan pakaian santai dgn celana
pendek yg hanya menutupi kemaluanku dan tengtop srtitku sesampai buah dadaku terlihat menonjo
Perubahan sifat Ayah aku rasakan ketika sedang santai berdua dgn Ayah tanpa ada Bunda, Ayah
mengelus paha mulusku sembari sesekali mencolek bokongku yg besar. sampai waktu aku berpamitan
untuk pergi kesekolah aku yg biasanya hanya mencium pipi Ayah Rendra sekarang Ayah juga
mencium bibirku. Aku pun merasakan ciuman Ayah menandakan sesuatu hal. Tetapi aku masih
bingung dgn yg aku rasakan, aku tidak meolak sama sekali dgn yg Ayah lakukan kepadaku. Bahkan
aku sedikit menikmati perlakuan Ayah kepadaku. sampai akhirnya.
Suatu pagi seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku
memberikan ciuman ke Mamah, Ayah beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau
tidak mau kuikuti Ayah ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Ayah. Respon
Ayah pun kulihat biasa saja. Dgn sedikit membungkukkan badan atletisnya, Ayah menerima
ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Ayah mendaratkan bibirnya ke bibirku.
Serr.., darahku seketika berdesir. Apalagi rambut-rambut kasarnya bergesekan dgn bibir atasku. Tetapi
entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Ayah mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas
Ayah Rendra menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Ayah menikmati bibirku.
“Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!” begitu yg kudengar dari Ayah.
Video Ngentot - Sejak kejadian itu, hubungan kita malah semakin dekat saja. Keakraban ini kunikmati sekali. Aku
sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Ayah tiriku, begitu
yg tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kita bersentuhan. Begitulah, setiap
berangkat sekolah, ciuman ala Ayah menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia kita berdua saja. Bahkan
pernah satu hari, ketika Mamah di dapur, aku dan Ayah berciuman di meja makan. Malah aku
sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Ayah yg masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap.
Ayah juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mamah yg berada di dapur, mungkin kita akan
melakukannya lebih panas lagi.
Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di
rumah. Mamah membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dgn hanya
mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan badan, aku
merasakan segar di badanku. Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yg cukup akrab di
telingaku menyebut namaku.
“Mel.. Mel.., Ayah pulang..” ujar lelaki yg ternyata Ayahku.
“Kok cepat pulangnya Pah..?” tanyaku heran sembari mengambil baju dari lemari.
“Iya nih, Ayah capek..” jawab Ayah dari luar.
“Kamu masak apa..?” tanya Ayah sembari masuk ke kamarku.
Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belom dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk
yg melilit di badanku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi. Kemudian membalikkan badan. Ayah
rupanya sudah tiduran di ranjangku.
“Ada deh..,” ucapku sembari memandang Ayah dgn senyuman.
“Ada deh itu apa..?” tanya Ayah lagi sembari membetulkan posisi badannya dan memandang ke
arahku.
“Memangnya kenapa Yah..?” tanyaku lagi sedikit bercanda.
“Nggak ada racunnya kan..?” candanya.
“Ada, tapi kecil-kecil..” ujarku menyambut canda Ayah.
“Kalau gitu, Ayah bisa mati dong..” ujarnya sembari berdiri menghadap ke arahku.
Aku sedikit gelagapan, karena posisi Ayah tepat di depanku.
“Kalau Ayah mati, gimana..?” tanya Ayah lagi.
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
“Lho.., kok kamu diam, jawab dong..!” tanya Ayah sembari menggenggam kedua tanganku yg sedang
memegang handuk.
Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yg membuatku diam,
tetapi keberadaan kita di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belom lagi terjawab, tangan
kanan Ayah memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dgn hangat.
Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat
pancaran mata Ayah begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup
lama Ayah mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Gairahku mulai terusik.
Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini.
sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Ayah tiriku, begitu
yg tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kita bersentuhan. Begitulah, setiap
berangkat sekolah, ciuman ala Ayah menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia kita berdua saja. Bahkan
pernah satu hari, ketika Mamah di dapur, aku dan Ayah berciuman di meja makan. Malah aku
sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Ayah yg masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap.
Ayah juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mamah yg berada di dapur, mungkin kita akan
melakukannya lebih panas lagi.
Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di
rumah. Mamah membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dgn hanya
mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan badan, aku
merasakan segar di badanku. Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yg cukup akrab di
telingaku menyebut namaku.
“Mel.. Mel.., Ayah pulang..” ujar lelaki yg ternyata Ayahku.
“Kok cepat pulangnya Pah..?” tanyaku heran sembari mengambil baju dari lemari.
“Iya nih, Ayah capek..” jawab Ayah dari luar.
“Kamu masak apa..?” tanya Ayah sembari masuk ke kamarku.
Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belom dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk
yg melilit di badanku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi. Kemudian membalikkan badan. Ayah
rupanya sudah tiduran di ranjangku.
“Ada deh..,” ucapku sembari memandang Ayah dgn senyuman.
“Ada deh itu apa..?” tanya Ayah lagi sembari membetulkan posisi badannya dan memandang ke
arahku.
“Memangnya kenapa Yah..?” tanyaku lagi sedikit bercanda.
“Nggak ada racunnya kan..?” candanya.
“Ada, tapi kecil-kecil..” ujarku menyambut canda Ayah.
“Kalau gitu, Ayah bisa mati dong..” ujarnya sembari berdiri menghadap ke arahku.
Aku sedikit gelagapan, karena posisi Ayah tepat di depanku.
“Kalau Ayah mati, gimana..?” tanya Ayah lagi.
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
“Lho.., kok kamu diam, jawab dong..!” tanya Ayah sembari menggenggam kedua tanganku yg sedang
memegang handuk.
Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yg membuatku diam,
tetapi keberadaan kita di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belom lagi terjawab, tangan
kanan Ayah memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dgn hangat.
Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat
pancaran mata Ayah begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup
lama Ayah mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Gairahku mulai terusik.
Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini.
Film Bokep - Hasrat remajaku mulai keluar ketika tangan kiri Ayah menyentuh buah dadaku dan melakukan
remasan kecil. Tidak hanya bibirku yg dijamah bibir tebal Ayah. Leher jenjang yg ditumbuhi rambut-rambut
halus itu pun tidak luput dari sentuhan Ayah. Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.
“Yahh..” kataku ketika lidah Ayah masuk dan menggelitik telingaku. Ayah kemudian membaringkan
badanku di atas kasur empuk.
YAhh.. nanti ketahuan Bunda..” sebutku mencoba mengingatkan Mamah.
Tetapi Ayah diam saja, sembari menindih badanku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yg
melilit di badanku disingkapkannya.
“Amelia, badan kamu sangat harum..” bisik Ayah lembut sembari mencampakkan guling ke bawah.
Dalam posisi ini, Ayah tidak puas-puasnya memandang badanku. Rambut halus yg membalut kulitku
semakin meningkatkan hasratnya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke buah dadaku.
“Kamu udah punya pacar, Mel..?” tanya Ayah di telingaku.
“Aku hanya menggeleng pasrah”
Ayah kemudian membelai dadaku dgn lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Ayah
mencium pinggiran buah dadaku.
“Uuhh..,” desahku ketika rambut kumis yg dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara
tangan Ayah mengelus pahaku yg putih. Puting buah dada yg masih merah itu kemudian dikulum.
“Yahh.. oohh..” desahku lagi.
“yahh.. nanti Mamm..” belom selesai kubicara, bibir Ayah dgn sigap kembali mengulum bibirku.
“Ayah sayg Amelia..” kata Ayah sembari memandangku.
Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Ayah mencium bibirku, aku tidak diam. Dgn panasnya
kita saling memagut. Waktu ini kita sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku,
bibir Ayah pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Ayah memang pintar membuatku
terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba
menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya. Badanku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yg
mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan.
“Ohh, ohh..” desahku panjang.
Ayah rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu
mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Ayah,
besar dan tegang. Dgn mata yg sedikit tertutup, aku menggenggamnya dgn kedua tanganku. Setan
yg ada di badan kita seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika
Ayah mengarahkannya ke mulutku.
“Terus Mel.., oh.. nikmatnya..” gumamnya.
Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku.
Sesekali kuhisap dgn kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Ayah yg merasakan kenikmatan,
aku pun merasakan hal serupa. Tangan Ayah mempermainkan kedua putingku dgn tangannya.
Karena gairah yg tidak tertahankan, Ayah akhirnya mengambil posisi di atas badanku sembari
mencium bibirku dgn ganas. Kemudian kejantanannya Ayah menempel lembut di selangkanganku
dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya
masuk. Perlahan-lahan kepala kemaluan itu menyeruak masuk menembus selaput dinding kemaluanku.
“Sakit.. pah..” ujarku.
“Tenang Sayg, kita nikmati saja..” jawabnya.
Bokong Ayah dgn lembut menekan, sesampai kemaluan yg berukuran 18cm dan berdiameter 4cm
itu
mulai tenggelam keseluruhan. Ayah melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Ayah memang cukup
lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yg tiada
taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aku mengimbangi kenikmatan ini dgn menggoyg-goygkan
bokongku.
remasan kecil. Tidak hanya bibirku yg dijamah bibir tebal Ayah. Leher jenjang yg ditumbuhi rambut-rambut
halus itu pun tidak luput dari sentuhan Ayah. Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.
“Yahh..” kataku ketika lidah Ayah masuk dan menggelitik telingaku. Ayah kemudian membaringkan
badanku di atas kasur empuk.
YAhh.. nanti ketahuan Bunda..” sebutku mencoba mengingatkan Mamah.
Tetapi Ayah diam saja, sembari menindih badanku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yg
melilit di badanku disingkapkannya.
“Amelia, badan kamu sangat harum..” bisik Ayah lembut sembari mencampakkan guling ke bawah.
Dalam posisi ini, Ayah tidak puas-puasnya memandang badanku. Rambut halus yg membalut kulitku
semakin meningkatkan hasratnya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke buah dadaku.
“Kamu udah punya pacar, Mel..?” tanya Ayah di telingaku.
“Aku hanya menggeleng pasrah”
Ayah kemudian membelai dadaku dgn lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Ayah
mencium pinggiran buah dadaku.
“Uuhh..,” desahku ketika rambut kumis yg dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara
tangan Ayah mengelus pahaku yg putih. Puting buah dada yg masih merah itu kemudian dikulum.
“Yahh.. oohh..” desahku lagi.
“yahh.. nanti Mamm..” belom selesai kubicara, bibir Ayah dgn sigap kembali mengulum bibirku.
“Ayah sayg Amelia..” kata Ayah sembari memandangku.
Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Ayah mencium bibirku, aku tidak diam. Dgn panasnya
kita saling memagut. Waktu ini kita sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku,
bibir Ayah pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Ayah memang pintar membuatku
terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba
menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya. Badanku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yg
mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan.
“Ohh, ohh..” desahku panjang.
Ayah rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu
mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Ayah,
besar dan tegang. Dgn mata yg sedikit tertutup, aku menggenggamnya dgn kedua tanganku. Setan
yg ada di badan kita seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika
Ayah mengarahkannya ke mulutku.
“Terus Mel.., oh.. nikmatnya..” gumamnya.
Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku.
Sesekali kuhisap dgn kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Ayah yg merasakan kenikmatan,
aku pun merasakan hal serupa. Tangan Ayah mempermainkan kedua putingku dgn tangannya.
Karena gairah yg tidak tertahankan, Ayah akhirnya mengambil posisi di atas badanku sembari
mencium bibirku dgn ganas. Kemudian kejantanannya Ayah menempel lembut di selangkanganku
dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya
masuk. Perlahan-lahan kepala kemaluan itu menyeruak masuk menembus selaput dinding kemaluanku.
“Sakit.. pah..” ujarku.
“Tenang Sayg, kita nikmati saja..” jawabnya.
Bokong Ayah dgn lembut menekan, sesampai kemaluan yg berukuran 18cm dan berdiameter 4cm
itu
mulai tenggelam keseluruhan. Ayah melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Ayah memang cukup
lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yg tiada
taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aku mengimbangi kenikmatan ini dgn menggoyg-goygkan
bokongku.
Foto Bokep - Terus Mel, ya.. seperti itu..” sebut Ayah sembari mempercepat dorongan kemaluannya.
“Ayah.. ohh.., ohh..” renguhku karena sudah tidak tahan lagi.
Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir kemaluanku.
Kutarik leher Ayah sampai pundaknya kugigit keras. Ayah semakin terangsang rupanya. Dgn perkasa
dikuasainya diriku.
Kemaluan yg sudah basah berulangkali diterobos kemaluan Ayah. Tidak jarang buah dadaku diremas
dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Ayah. Gairahku kembali memuncak. Selama tiga
menit kita melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yg dilakukan Ayah. Mungkin karena
baru pertama kali, dia takut menyakitiku. Kenikmatan ini semakin tidak tertahankan ketika kita
berganti gaya. Dgn posisi 69, Ayah masih perkasa. Kemaluan Ayah dgn tanpa kendali keluar masuk
kemaluanku.
“Nikmat Mel..? Ohh.. uhh..” tanyanya.
Terus terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelomnya. Berulangkali aku melenguh dan mendesah
dibuatnya.
“Pah.. Amelia nggak tahan..” katakuku ditengah terjangan Ayah.
“Sa.. sa.. bar Sayg.., ta.. ta.. han dulu..” ucap Ayah terpatah-patah.
Tetapi aku sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aku mengeluarkan mani kembali.
“Okhh.. Ohkk.. hh..!” teriakku.Cerita Sex
Lututku seketika lemas dan aku tertelungkup di ranjang. Dgn posisi telungkup di ranjang membuat
Ayah semakin belingsatan. Ayah semakin kuat menekan kemaluannya. Aku memberikan ruang dgn
mengangkat bokongku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia pun keluar juga.
“Okhh.. Ohh.. Ohk..” erang Ayah. Hangat rasanya ketika mani Ayah menyiram lubang kemaluanku.
Dgn peluh di badan, Ayah menindih badanku. Nafas kita berdua tersengal-sengal. Sekian lama Ayah
memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yg baru
pertama kali kualami. Dgn kemaluan yg masih bersarang di kemaluanku, dia mencium lembut
leherku dari belakang.
“Mel, Ayah sayg Amelia. Sebelom menikahi Mamahmu, Ayah sudah tertarik sama Amelia..” ucap
Ayah sembari mengelus rambutku.
Mamah dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu pula, aku dan Ayah mencari
kepuasan bersama. Entah setan mana yg merasuki kita, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kita
lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mamah ada di rumah. Dgn alasan menonton bola
di TV, Ayah membangunkanku, yg jelas perbuatan ini kulakukan sampai sekarang
“Ayah.. ohh.., ohh..” renguhku karena sudah tidak tahan lagi.
Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir kemaluanku.
Kutarik leher Ayah sampai pundaknya kugigit keras. Ayah semakin terangsang rupanya. Dgn perkasa
dikuasainya diriku.
Kemaluan yg sudah basah berulangkali diterobos kemaluan Ayah. Tidak jarang buah dadaku diremas
dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Ayah. Gairahku kembali memuncak. Selama tiga
menit kita melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yg dilakukan Ayah. Mungkin karena
baru pertama kali, dia takut menyakitiku. Kenikmatan ini semakin tidak tertahankan ketika kita
berganti gaya. Dgn posisi 69, Ayah masih perkasa. Kemaluan Ayah dgn tanpa kendali keluar masuk
kemaluanku.
“Nikmat Mel..? Ohh.. uhh..” tanyanya.
Terus terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelomnya. Berulangkali aku melenguh dan mendesah
dibuatnya.
“Pah.. Amelia nggak tahan..” katakuku ditengah terjangan Ayah.
“Sa.. sa.. bar Sayg.., ta.. ta.. han dulu..” ucap Ayah terpatah-patah.
Tetapi aku sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aku mengeluarkan mani kembali.
“Okhh.. Ohkk.. hh..!” teriakku.Cerita Sex
Lututku seketika lemas dan aku tertelungkup di ranjang. Dgn posisi telungkup di ranjang membuat
Ayah semakin belingsatan. Ayah semakin kuat menekan kemaluannya. Aku memberikan ruang dgn
mengangkat bokongku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia pun keluar juga.
“Okhh.. Ohh.. Ohk..” erang Ayah. Hangat rasanya ketika mani Ayah menyiram lubang kemaluanku.
Dgn peluh di badan, Ayah menindih badanku. Nafas kita berdua tersengal-sengal. Sekian lama Ayah
memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yg baru
pertama kali kualami. Dgn kemaluan yg masih bersarang di kemaluanku, dia mencium lembut
leherku dari belakang.
“Mel, Ayah sayg Amelia. Sebelom menikahi Mamahmu, Ayah sudah tertarik sama Amelia..” ucap
Ayah sembari mengelus rambutku.
Mamah dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu pula, aku dan Ayah mencari
kepuasan bersama. Entah setan mana yg merasuki kita, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kita
lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mamah ada di rumah. Dgn alasan menonton bola
di TV, Ayah membangunkanku, yg jelas perbuatan ini kulakukan sampai sekarang
0 comments: