Wednesday, October 2, 2019

Cerita Sex - Ngentot Dengan Tukang Susu Mbok Darmi

Ngentot Dengan Tukang Susu Mbok Darmi 




Cerita Dewasa -  Namanya Sudarmi, tetapi aku biasa memanggilnya
dengan nama yu Darmi. Ia adalah seorang pedagang
susu segar yang setiap pagi selalu lewat di depan kiosku
untuk menawarkan susu bawaannya. Orangnya tidak
cantik memang, tetapi wajahnya manis khas wanita desa.
Meskipun ia tidak cantik tetapi orangnya sangat menarik
dan seksi. Betapa tidak...di usianya yang sekitar 35
tahunan ia masih tampak segar dan menggairahkan.
Tubuhnya yang tinggi sekitar 165 cm ditunjang dengan
kulitnya yang kencang dan tonjolan-tonjolan tubuhnya
yang menantang baik di depan maupun di belakang
sangat menantang bagi lelaki mana pun yang melihatnya.
Apalagi kalau ia sedang berjalan menenteng container
kaleng isi susu yang dijualnya. Pantatnya yang bulat yang
dibalut dengan kain kebaya yang ketat sangat
mengundang selera lelaki. Dilihat dari depan pun tubuh
yu Darmi sangat menggairahkan...dadanya yang
membusung kelihatan sangat menantang karena
tubuhnya selalu dibalut dengan kain kebaya yang ketat
seolah hendak memamerkan semua isi yang tersembunyi
di dalamnya. Saking seringnya lewat di depan kiosku aku
jadi sangat mengenal kebiasaannya. Ia selalu datang di
pasar tempat aku berdagang tepat jam 05.45 dan selalu
diantar oleh suaminya, kang Sarjo dengan mengendarai
sepeda motor tuanya.
Aku kenal dengan yu Darmi dan suaminya karena
kebetulan suami yu Darmi berasal dari satu desa yang
sama denganku yang kurang lebih sekitar 20 Km dari
pasar tempatku berdagang. Hal yang membedakan
adalah aku sudah mempunyai rumah sendiri di dekat
pasar tempatku berjualan sedangkan kang Sarjo masih
tetap tinggal di desa. Kang Sarjo memelihara sapi yang
susunya dapat diperah setiap hari dan dijual istrinya ke
pasar, yu Darmi itu.
Pertemananku dengan yu Darmi dan kang Sarjo sudah
begitu erat bahkan hampir seperti layaknya saudara.
Karena kalau ada apa-apa mereka pasti lari ke tempatku
untuk meminta bantuan atau apa. Bahkan istriku pun
sudah menganggap yu Darmi dan kang Sarjo sebagai
bagian dari keluarga kami.
Suatu hari menjelang tahun baru seperti biasa aku sudah
mulai menata kiosku untuk memulai rutinitas
berdagangku. Waktu itu sudah menjelang jam 05.45
saatnya susu langgananku dan yu Darmi yang seksi itu
datang. Oh iya aku hampir lupa menceritakan kalau aku
juga sudah menjadi salah satu pelanggan susu yu Darmi.
Jam sudah menunjukkan waktu pukul 05.45, tetapi yu
Darmi dan susunya belum juga datang. Aku heran juga
kok tumben yu Darmi dan kang Sarjo sampai jam begini
belum juga datang ke kiosku. Ada apa dengan mereka
ya...kok tumben mereka terlambat. Setelah agak lama
menunggu akhirnya yu Darmi datang di depan pasar jam
06.00. Ia baru turun dari bus yang antar kota dan turun
tepat di depan kiosku. Ia sendirian tanpa disertai
suaminya.
”Wadhuh maaf mas...aku telat”
”Gak apa apa yu...(mbakyu)... Kok tumben tidak bareng
kang Sarjo? Lagi ada bisnis gedhe ya?” tanyaku dengan
berondongan pertanyaan. Aku memang selalu memanggil
yu Darmi dengan sebutan yu Darmi kependekan dari
mbakyu Darmi karena usianya memang selisih sekitar
tiga tahunan di atasku.
”Oalah mas...mas..sampeyan opo gak ngerti ta? .Aku ki
lagi apes tenan je (maksudnya sedang kena
musibah)....soalnya kemaren sore kang Sarjo ketabrak
angkot (maksudnya mobil colt angkutan kota) dan harus
mondok di rumah sakit. Tulang kakinya ada yang patah
jadi saya harus naik bus sendiri”
”Whelhadhalah….. Memang mondoknya di rumah sakit
mana? Nanti kalau ada waktu aku tak ke sana
menengoknya”
”Wah nggak usah repot-repot to mas...wong Cuma patah
sedikit kok...Paling-paling satu minggu lagi sudah bisa
pulang kok”
Lalu ia menyebutkan salah satu rumah sakit tulang yang
sangat terkenal di kotaku yang kebetulan sangat dekat
dengan pasar tempat aku berjualan.
Itulah orang Jawa!! Kecelakaan sampai kakinya patah saja
masih bisa bilang ’cuma’. Memang orang Jawa paling
terkenal kesabarannya.
”Iya yu terima kasih...Nanti sore kalau enggak hujan tak
mampir ke sana...Pokoknya sampeyang yang sabar ya
yu... namanya kena musibah..” Aku sedikit
menyemangatinya.
”Wis yo mas... aku tak muter lagi...”
”Monggoh...yu...moga-moga susunya cepet habis..” Dan
yu Darmi pun berlalu dari kiosku untuk meneruskan
jualannya. Aku hanya memandangi goyangan pantatnya
yang selalu membuat jakunku naik turun.
Sore itu sesuai dengan janjiku aku menjenguk kang Sarjo.
Aku datang ke RS bersama dengan istriku. Aku pun tak
lupa menjinjing makanan sekedarnya agar pantas.
Nah ...dari sinilah hubunganku dengan yu Darmi mulai
semakin jauh dan bahkan sudah keluar jalur.
Kisah asmaraku yang terlarang berawal dari permintaan
kang Sarjo yang memintaku membantu yu Darmi
menguruskan jaminan kesehatan dari pemerintah yang
diperuntukkan bagi orang miskin seperti mereka. Untuk
mengurus itu prosesnya cukup rumit sedangkan mereka
cukup buta terhadap proses birokrasi. Oleh karena itu
aku yang sudah pernah makan bangku kuliah diminta
oleh mereka untuk membantu menguruskannya.
Istriku yang mengetahui keakrabanku dengan kang Sarjo
pun mengabulkan permintaan kang Sarjo agar aku
membantu mengantar istrinya menguruskan surat-surat
keesokan harinya. Seperti yang telah dijanjikan, keesokan
harinya yu Darmi mampir di kiosku setelah selesai
mendagangkan susunya.
”Jeng...bojomu (suamimu) tak pinjem dulu ya... ojo
cemburu lho..” seloroh yu Darmi kepada istriku saat mau
pamitan pada istriku untuk menguruskan surat-surat
jaminan kesehatan denganku.
”Yo...gak apa-apa asal ojo mbok pek…” jawab istriku juga
sambil berseloroh, “mugo-mugo kang Sarjo cepet
sembuh ya mbakyu....”
”Yo muga-muga jeng....doain saja.... aku pamitan dulu
ya…” yu Darmi pamitan dengan istriku, “Ayo mas Ardi
nanti keburu kesiangan….”
Akhirnya aku dan yu Darmi pun berangkat ke desa Yu
Darmi untuk mengurus surat-surat yang dibutuhkan. Aku
memboncengkan yu Darmi dengan sepeda motorku.
Selama dalam perjalanan berkali-kali punggungku
berkali-kali tersenggol dada yu Darmi yang
empuk..karena yu Darmi duduknya sangat dekat di
boncenganku. Ser….ada semacam desiran aneh
menggodaku setiap kali punggungku tertekan oleh
payudara yu Darmi.
Setan pun mulai beraksi menggodaku. Aku menjadi
semakin kerap mengerem kendaraanku secara mendadak
sehingga payudara yu Darmi semakin kerap menekan
punggungku.
“Mas duduk dulu...aku tak ganti baju dulu yo...” Yu Darmi
mempersilahkanku masuk rumahnya dan pamitan mau
ganti pakaian.
”Kok pakai ganti baju ta yu...pakai kebaya begitu malah
seksi lho yu...”
”Wheleh...mas Ardi bisa aja...pakai ngerayu lagi...pasti
ada maunya ya...awas lho nanti tak bilangin bojomu...”
seloroh yu Darmi sambil menepuk lenganku.
”Lho tenan kok yu...sampeyan itu kalau pakai jarik begitu
jan....seksi tenan lho..”
”Seksi opo hayo...?” belum sempat aku meneruskan kata-
kataku yu Darmi sudah memotong dan mencekal
lenganku semakin ketat.
”Yo seksi ta yu...kalau sampeyan pakai kain jarik
itu...bodynya jadi kelihatan sempurna lho yu...”
”Wheleh..ngerayu ta...Sudah aku tak ganti pakaian
dulu...sampeyan tunggu di sini dulu...awas jangan
macem-macem lho...” yu Darmi segera masuk ke dalam.
Tak lama kemudian ia keluar lagi. Kali ini ia sudah
berganti pakaian dengan baju gombrong dan celana
spandeks ketat seperti orang kota layaknya. Wajahnya
tampak segar dan rambutnya basah seperti habis mandi.
Aku jadi melongo dibuatnya.

Film Bokep  -  Lho...kenapa malah melongo? Apa gak pernah lihat
perempuan berdandan begini ta?”
”Oohh... eng...enggak kok yu..Aku cuma pangling
saja...Soalnya baru kali ini aku melihat yu Darmi seperti
ini...wahh...bener-bener beruntung kang Sarjo punya istri
secantik sampeyan...”
”Wis...mulai ngerayu lagi ta..”
”Bener kok yu…sampeyan dandan seperti ini aku jadi …
greng gitu lho…eh ngomong-ngomong rumah sepi
memangnya anak-anak pada kemana to yu ?”
”Lho sampeyan gak tahu ta ? Apa kang Sarjo gak pernah
cerita kalau dari dulu kami belum diberi momongan ?”
Aku baru tahu kalau kang Sarjo dan yu Darmi ternyata
belum punya anak. Padahal usia perkawinan mereka
sudah hampir 15 tahunan.
Pagi itu belum terjadi insiden apapun. Kami segera
berangkat ke balai desa untuk mengurus surat-surat yang
diperlukan. Setelah selesai dari balai desa, kami segera
meluncur ke kantor kecamatan untuk meminta legalisasi.
Dari kecamatan kami pergi ke puskesmas untuk meminta
rujukan. Rupanya kebersamaan kami belum berakhir,
ternyata petugas yang berhak memberikan rujukan
sedang keluar jadi kami harus menunggu.
Untuk menghilangkan kebosanan karena menunggu aku
pun mengajak yu Darmi untuk mencari makan. Kami
memang belum sempat makan siang, padahal waktu itu
sudah hampir pukul 14.00. Akhirnya kami memutuskan
untuk makan di warung dekat pasar kecamatan.
”Yu ...cari makan dulu saja ya...daripada di sini
nunggu...kayaknya masih lama kok” Aku bmengajak yu
Darmi mencari makan.
”Yo gak apa-apa mas... mas Ardi mau makan di mana?”
“Ya makan di deket-deket puskesmas saja yu ...jadi nanti
kalau dokternya datang kita bisa segera kemari lagi”
“Iya ya mas...ayo di depan sana ada warung agak
lumayan mas” yu Darmi yang menjadi petunjuk jalanku.
Kami pun berjalan menuju warung makan yang memang
tidak begitu jauh dari puskesmas itu.
Kami ngobrol segala macam sambil menunggu di warung
makan itu. Bahkan obrolan kami mulai semakin menjurus
ke hal-hal yang berbau seks.
”Yu....kerjanya kang Sarjo pasti enak dong ...” aku
memulai obrolanku.
”Enak apanya to mas....lha wong kerjanya meres susu
sapi kok dibilang enak”
”Nah justru disitu enaknya yu...” aku mulai nekat.
”Enak gimana maksudnya to mas?”
”Lha enggak enak gimana ta yu... pagi pagi sudah
memerah susunya sapi....terus malemnya memerah
susunya yang punya sapi....kan enak to...siang malem
mainin susu”
”Alaaaah... .mas Ardi ini bisa saja...” yu Darmi tertawa
terpingkal-pingkal mendengar gurauanku sambil
tangannya mencubit perutku.
”Lho....ini juga sama seneng mencet-mencet sama kaya
suaminya...yang laki mencet susu yang perempuan
mencet-mencet perut orang...untung enggak terlalu ke
bawah...kalau terlalu ke bawah bisa bahaya...” aku terus
menggodanya dan mencoba memancing-mancing.
”Bahaya piye....?”
”Ya jelas bahaya ta yu…kalau mencetnya yang di bawah
perut kan bisa grengg….apalagi kalau yang mencet
orangnya kayak yu Darmi ini….sudah orangnya manis…
dan bodinya….” Belum sempat aku menyelesaikan kata-
kataku yu Darmi sudah menyela.
“Memang bodiku kenapa hayo….” Sambil berkata begitu
tangannya tetap mencubit perutku….bahkan semakin
kuat.
“Aduh yu…bodinya seksi gitu loh…” akhirnya aku semakin
berani.
“Wheleh-wheleh….body kayak gini kok dibilang seksi…
mau ngerayu ya…ini pasti mas Ardi ada maunya…pakai
ngerayu-ngerayu begini…”
“Lho emang tubuh yu Darmi itu sangat seksi kok
yu....bener. Aku enggak bohong…”
Wajah yu Darmi memerah seperti malu, tapi aku yakin
kalau ia sangat senang ketika aku bilang kalau ia sangat
seksi. Kami semakin berani berbicarakan hal-hal yang
menjurus…hingga akhirnya dokternya datang ke
Puskesmas. Akhirnya kami pun selesai mengurus surat-
surat yang diperlukan dan siap berangkat ke RS di
kotaku.
Mungkin sudah suratan takdir kalau kami harus
menjalani hubungan yang sumbang ini. Dalam perjalanan
pulang yang harus menempuh sekitar 20 km itu tiba-tiba
hujan turun dengan derasnya. Karena terlupa tidak
membawa jas hujan, kami pun berhenti untuk berteduh
di depan sebuah penginapan kecil.
”Lho...kok berhentinya di sini mas?”
“Lha emangnya kenapa yu...apa yu Darmi mau hujan-
hujanan?”
“Eh..anu enggak apa-apa....maksudku kenapa kok
berhenti di depan penginapan?” jawab yu Darmi dan
wajahnya agak bersemu merah.
Aku jadi paham kalau wajah yu Darmi tiba-tiba menjadi
merah karena tadi kami sempat ngobrol menyerempet ke
hal-hal yang berbau seks. Dan sekarang tiba-tiba harus
berteduh di depan sebuah penginapan.


Foto Bokep -  Ohh....ini to...lha tadi hujan derasnya kebetulan di sini
masak mau berteduh di tempat lain.... memangnya
kenapa kalau berteduh di depan penginapan?” aku
menjawab asal-asalan sambil terus menggodanya.
“Anu ...enggak apa-apa kok...” jawab yu Darmi semakin
malu.
“Lho...kalau yu Darmi enggak keberatan malah akan lebih
enak kalau kita masuk sekalian...jadi enggak kehujanan
kayak begini...dan malah jadi hangat lho...” aku semakin
berani menggodanya.
“Ehhh...malah makin berani sama mbakyumu ya....nanti
dimarahi bojomu lho...” yu Darmi menjawab sambil
mencubit pinggangku. Aku tahu kalau yu Darmi
sepertinya sudah memberi lampu hijau bagiku.
“Lha ...kan tadi yu Darmi sudah ijin sama istriku kalau
hari ini mau pinjem suaminya....masak mau
dimarahi...kan istriku sudah mengijinkan to..” aku
semakin berani menggodanya.
Hujan semakin deras seolah-olah menumpahkan seluruh
airnya. Akhirnya tempat berteduh kami mulai terguyur
air. Peluang ini segera kumanfaatkan dengan sebaik-
baiknya apalagi si setan di kepalaku semakin sering
menggodaku.
“Ayo masuk dulu yu....kayaknya hujannya makin besar
dan masih lama” akhirnya aku mengajak masuk yu Darmi
ke penginapan dan check in di kamar yang paling bagus.
Pakaian kami sudah agak basah karena kehujanan tadi.
Yu Darmi yang masih malu-malu akhirnya menurut juga
karena alasan yang kuberikan cukup masuk akal juga.
Kami pun memesan minuman panas untuk
menghangatkan tubuh kami yang kedinginan.
“Wadhuh...bajunya basah semua ini mas...gimana ya”
kata yu Darmi begitu kami sudah duduk di dalam kamar
dan menikmati kopi panas.
“Lha kalau yu Darmi takut masuk angin ya bajunya
dilepas saja to... kan di sini ada selimut jadi bisa dipakai
dulu sampai bajunya agak kering...dan sekalian bisa
mandi air hangat”
“Oooo ada air hangatnya juga to...enak juga ya di sini”
yu Darmi memang sangat lugu sehingga tidak tahu kalau
di penginapan yang bagus ada fasilitas air hangatnya
juga.
Akhirnya ia pun menuruti saranku. Ia masuk ke kamar
mandi dan tak lama kemudian kudengar ia mulai
mengguyur dengan air. Aku pun duduk sambil menikmati
kopi dan rokokku sambil membayangkan keindahan
tubuhnya di kamar mandi yang ada di depanku.
Belum sempat aku menghabiskan rokokku tiba-tiba yu
Darmi membuka pintu kamar mandi dan hanya kepalanya
yang terjulur keluar sambil berteriak
”Mas katanya ada air hangatnya....kok yang ada Cuma air
dingin to? Piye carane biar air hangatnya keluar...”
”Oooo itu ta...sini tak kasih tahu caranya...” kataku
sambil bangkit dan mendekat ke pintu kamar mandi.
”E...ee...mengko dhisik..to mas..aku isih udo... aku tak
ngaggo anduk dhisik” yu Darmi berteriak agak gugup
dengan bahasa jawanya yang medhok.
(maksudnya ”Nanti dulu ...to mas...aku masih
telanjang...aku pakai handuk dulu”)
”Lho justru aku malah seneng kalau yu Darmi
telanjang....kan aku jadi bisa melihat tubuh yu Darmi
yang seksi” balasku menggodanya.
”Yo nggak boleh to...nanti bisa bahaya…” ia menjawab.
Tetapi aku tahu kalau ia sudah memberi lampu hijau.
Dan ini tak boleh kusia-siakan. Aku harus dapat
menikmati tubuhnya demikian tekadku.
”Caranya begini lho yu...” aku memperagakan cara
memutar kran dan mengatur air panas shower di kamar
mandi. Aku sempat melirik dan melihat tubuhnya yang
seksi hanya terbalut handuk. Sungguh seksi sekali
membuat napsuku semakin tak terkendali.
”Hayo...jangan melirik...nanti ada setan lewat lho..” yu
Darmi agak kikuk ketika melihatku melirik ke arah
tubuhnya.
”Ya biarin ta kalau setannya mau menggoda aku malah
seneng kok...” aku menjadi semakin berani karena aku
sudah tidak tahan dengan godaan tubuh seksi yu Darmi
yang hanya terbalut handuk.
”Wiss...aja ngono to...mengko bojomu nesu lho” (Sudah
jangan begitu lho, nanti istrimu marah lho).
”Nesu rak yen dhekne ngerti...lha yen ora ngerti kan ra
apa-apa to” (Marah kan kalau dia tahu...lha kalau enggak
tahu kan enggak apa-apa to). Aku semakin nekat dan
segera melepas pakaianku satu per satu.
Yu Darmi hanya terpaku dengan keberanianku. Aku yang
sudah bertekad harus menikmati tubuhnya menjadi
semakin nekat..pokoknya now or never..
”Lho...lho...lho...kok malah nekat... dasar bocah edan” ia
berteriak-teriak memprotes. Tetapi aku tahu kalau ia
tidak sungguh-sungguh.
Setelah seluruh pakaianku terlepas, aku segera
melemparkan keluar kamar mandi. Batang kemaluanku
yang sudah sedari tadi mengeras tampak tegak di depan
mata yu Darmi. Kulihat mata yu Darmi membelalak
melihat batang kemaluanku yang demikian kerasnya. Lalu
tanpa membuang waktu aku segera menarik lepas handuk
yang melilit tubuh yu Darmi dan melemparkannya keluar
kamar mandi.
Kini tubuh yu Darmi sudah bugil di depanku. Tangannya
secara otomatis segera menutupi bagian dada dan
selangkangannya yang sempat kulirik ternyata tidak
mempunyai bulu alias sudah dicukur gundul. Gila ini
mah kayak bayi raksasa yang tidak memiliki bulu
kemaluan!! Desisku dalam hati.
Tanpa membuang waktu aku segera memeluk tubuh
telanjang yu Darmi dan menariknya ke bawah siraman
shower air panas. Aku tidak mempedulikan teriakan-
teriakan protes yang keluar dari mulut yu Darmi. Apa
yang ada di benakku hanya satu...segera menikmati
keindahan tubuhnya!
Awalnya bibir yu Darmi terkatup rapat saat aku
mendaratkan bibirku ke bibirnya. Perlahan tetapi
bibirnya mulai terbuka dan aku merasakan ada respon
dari dirinya saat lidahku mulai mencoba menerobos ke
dalam mulutnya. Dan akhirnya kami mulai saling
berpagutan di bawah guyuran shower air hangat.
Lidah yu Darmi mulai membalas dorongan
lidahku...bahkan ia mulai menyedot lidahku dengan tak
kalah ganasnya. Tanganku yang bebas segera menjelajah
seluruh tubuh bagian belakang yu Darmi.
Tanganku bergeser turun dari punggungnya yang kencang
ke arah bongkahan pantatnya yang selalu membuatku
gemas kalau melihatnya berjalan membawa susu
segarnya itu.
“Ughh.....massss....ohhhh” yu Darmi mulai melenguh
pelan saat tanganku mulai bermain-main meremas
pantatnya yang bulat itu dengan gemasnya. Ia pun
merespon dengan ikut meremas pantatku. Kami saling
meremas selama beberapa saat sambil terus berpagutan.
Batang kemaluanku yang semakin keras jadi terjepit di
antara perutku dan perut yu Darmi. Hangat sekali
rasanya. Setelah puas saling melumat bibir. Tanganku
segera meraih sabun mandi yang tersedia di kamar
mandi itu. Kugosok punggung yu Darmi dengan sabun
hingga licin karena busa.
Tanganku yang penuh busa sabun terus bergerilya
menyusuri garis punggungnya turun ke arah pantatnya.
Sekali lagi aku bermain-main dengan bongkahan pantat
yu Darmi yang menggemaskan itu. Gerakan tanganku di
bongkahan pantatnya semakin lancar karena busa sabun.
Aku sempat melirik dan kulihat yu Darmi tampak
terpejam seakan-akan sedang menikmati remasan
tanganku di pantatnya. Tangannya semakin erat memeluk
punggungku hingga batang kemaluanku semakin ketat
terjepit perutnya yang masih rata.
Puas bermain-main dengan pantatnya, aku segera
membalik tubuh yu Darmi. Posisinya sekarang
membelakangiku dan batang kemaluanku sekarang jadi
terjepit di antara bongkahan pantatnya yang mengiurkan.
Waduh...luar biasa hangat sekali rasanya.
Lalu tanganku mulai bergerak menggosok tubuh bagian
depan yu Darmi sambil memeluknya dari belakang.
Tanganku yang penuh busa sabun dapat bergerak lancar
menyusuri kedua belah bukit payudaranya yang masih
kencang. Yu Darmi menengadah sambil memejamkan
matanya seolah-olah sangat menikmati gosokan
tanganku di kedua bukit payudaranya.
Puas dengan payudaranya... sekarang tanganku meluncur
ke bawah ke arah perutnya yang masih kencang. Ia
menggelinjang saat tanganku bergerak menyusuri
perutnya di bagian bawah. Pantatnya digeser-
geserkannya sehingga batang kemaluanku yang terjepit
antara perutku dengan bongkahan pantatnya seperti
dikocok-kocok rasanya.
“Ugh.....!!”.Aku menahan napas menikmati gesekan
bongkahan pantatnya di batang kemaluanku.
”Aduh...masssss...ohhh..” Mulut yu Darmi mulai
mendesah saat tanganku yang penuh busa sabun mulai
bergerak-gerak mengelus dan meremas gundukan bukit
kemaluannya yang sudah tercukur licin tanpa rambut itu.
Pantatnya semakin bergerak liar menggesek batang
kemaluanku yang terjepit di kedua bongkahan pantatnya.
Tanganku terus bergerak liar di selangkangan yu Darmi.
Bahkan sesekali jari-jariku kumasukkan ke dalam celah
hangat di selangkangannya yang sudah mulai licin itu.
Mulut yu Darmi semakin keras mendesah saat aku
menyentuh tonjolan daging di ujung atas liang
kemaluannya.
”Ohhh....massshhh...ohhhh.....terrr...usshhhh...ohhhh”
mulut yu Darmi tak henti-hentinya mendesis seperti
orang kepedasan. Tubuhnya bergetar dan matanya
semakin dipejamkan seolah-olah sedang menahan
sesuatu.
Pantat yu Darmi semakin liar bergerak menjepit batang
kemaluanku. Aku merasakan betapa batang kemaluanku
seperti digiling oleh daging empuk dan hangat.
”Terushh yuu…ughhh” aku menggeram menahan gejolak
yang sudah mulai mendesak. Batang kemaluanku serasa
dipilin oleh kehangatan pantat yu Darmi.
Tanganku semakin kencang memutar-mutar kelentitnya
sehingga tubuhnya semakin liar bergerak dalam
pelukanku. Aku tahu ia sudah hampir mencapai
orgasmenya sehingga aku semakin mempercepat gerakan
jariku di selangkangannya.
”Akhhhh....massshhh...aduhhh....akhhh” tubuh yu Darmi
berkejat-kejat seperti tersengat arus listrik saat jari-jari
tanganku memutar kelentitnya yang sudah sangat licin.
Ia terus bergerak selama beberapa saat dan akhirnya
tubuhnya terdiam.
Aku tahu kalau ia sudah mencapai orgasmenya yang
pertama. Tubuhnya bersandar lemas dalam pelukanku.
Tangannya mengelus-elus lenganku seolah-olah
mengucapkan terima kasih padaku yang telah
memberinya kepuasan.
Kubiarkan yu Darmi bersandar dalam pelukanku “Gimana
yu....masih mau bilang sama istriku?” aku berbisik
menggodanya.
“Sampeyan nakal...mas” ia hanya menjawab singkat.
Tetapi aku tahu kalau ia juga sangat menikmatinya.
”Lho...ini adik sampeyan kok masih nyondol-nyondol
pantatku...kasihan deh...nanti biar mbakyu tidurin ya...”
Ia sudah mulai bisa bercanda dan bahkan menekankan
pantatnya sehingga batang kemaluanku semakin ketat
terjepit di bongkahan pantatnya.
“Iya nih yu...kalau si dede tidak disuruh bobo bisa
ngambek lho...” aku juga mendorong pantatku hingga
jepitannya makin kencang.
Akhirnya acara ritual saling memandikan selesai sudah
setelah yu Darmi gantian menyabuni seluruh tubuhku.
Tangannya sangat telaten menggosok seluruh tubuhku
terutama pada batang kemaluanku yang sedari tadi
sudah tegak berdiri.
Hujan di luar semakin deras dan suasana semakin gelap.
Padahal waktu itu jam baru menunjukkan angka 04.15
sore hari. Suasana yang dingin menjadikan
kebersamaanku dengan yu Darmi justru semakin panas.
Setelah mengeringkan tubuh dengan handuk kami naik ke
tempat tidur dengan tetap bertelanjang. Yu Darmi sudah
tidak merasa malu untuk berbugil ria didepanku.
“Yu kayaknya hujan tambah deras lho...kita kayaknya
bakalan lama di sini” aku membuka percakapan saat
kami berbaring sambil berpelukan.
“Iya mas...nanti gimana dengan istrimu...apa enggak
marah?” yu Darmi nampak agak khawatir.
“Enggak ah...aku telpon aja dulu ke rumah ya yu...biar
enggak curiga dia”. Aku segera telpon istriku dan
memberitahu kalau kami masih kehujanan dan
menunggu hujan reda di Puskesmas. Yu Darmi pun ikut
bicara sehingga istriku makin percaya.
Kami kembali berpelukan di atas tempat tidur. Suasana
semakin menghangat karena yu Darmi menindih tubuhku
yang telentang. Tangannya mengelus dadaku yang bidang
dan terus bergerak turun ke selangkanganku.
Kurengkuh tubuh yu Darmi hingga sejajar dengan
posisiku dan kukulum bibirnya dengan mesra. Lidahku
disambut dorongan lidahnya saat kususupkan ke dalam
mulutnya.
”Ugh...terus yuuuu...ough....” aku melenguh nikmat saat
tangan yu Darmi yang bergerak di selangkanganku mulai
meremas dan mengurut batang kemaluanku dengan
lembutnya.
Bibir yu Darmi dengan ganasnya mulai menyedot lidahku.
Tanganku yang bebas segera bergerak ke arah bagian
tuuh yu Darmi yang selalu menjadi obsesiku, yaitu
pantatnya yang menggemaskan.
Dengan gemas aku mulai meremas bongkahan pantatnya
yang menggiurkan hingga dada yu Darmi yang gempal
semakin ketat menekan dadaku. Kemudian dengan
perlahan kudorong tubuh yu Darmi hingga akhirnya
posisinya sekarang berbaring terlentang dan aku gantian
menindihnya.
Kubaringkan badannya ke ranjang, yu Darmi di bawah
dan aku di atas menindihnya. Lalu kuciumi, kusedot-
sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku
meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai
memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting
susunya.
"aaahh..", desahnya.. Kubuka mulutku selebar-lebarnya
dan dengan sedikit memaksa kutelan daging buah
dadanya sebanyak mungkin di dalam mulutku. Aku ingin
"menelan" semua dadanya. Kuremas, Kugigit, kujilat dan
kusedot, semua itu kulakukan berulang-ulang kali sampai
aku puas.
"ssshhh..aahhh..aah..aah..", desahannya semakin
membuat nafsuku menggebu-gebu.
Setelah puas dengan dadanya, aku mulai turun menciumi
perutnya yang masih rata karena belum pernah
melahirkkan. Lidahku mulai menjilat-jilat pusarnya,
kedua tanganku tetap memegangi dadanya, tangan yu
Darmi secara otomatis mulai memegang kepalaku,
mengikuti kemana kepalaku bergerak.
Akhirnya aku sampai di depan memiawnya, yang ternyata
sudah basah, aku mencium bau harum dan lembut dari
memiaw dan di sekitar pangkal pahanya.
Aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kujilat dan
kugigit-gigit kecil itilnya, aku memainkan lidahku dengan
cepat di duburnya, naik-turun dari pantat ke itilnya,
berulang-ulang sampai daerah itu basah oleh ludahku.
"aaaaaaaaahhhh......aduh masss....tempekku
diapakno.....", suara desahannya semakin kerap
terdengar.
Aku tak menggubris desisan-desisan dari bibir yu Darmi
yang rendah. dan semakin kuat. Lidahku terus bergerak
liar di selangkangannya.
Kujilati memiaw nya seperti sedang menjilat es krim, es
krim yang tidak akan pernah habis. Setelah itu aku
berlutut di ranjang dan mengangkat pantatnya tinggi-
tinggi, sehingga kedua lututnya berada di dekat dengan
kepalanya, selama dalam posisi kepala dan kaki dibawah
tapi pantatnya terangkat seperti itu, kedua tangannya
hanya bisa memegang pantatnya, menarik kekanan dan
kekiri, sehingga lubang vagina dan lubang pantatnya
dapat kulihat dengan jelas.
Tangan kiriku memegang perutnya, dengan badan
kutahan punggungnya supaya posisinya tidak berubah.
Dan dengan jari tengah serta telunjuk tangan kanan,
kumasukkan kedalam vaginanya, kedua jariku bermain-
main, berputar kiri-kanan, dan keluar masuk di lobang
vaginanya.
"aaaahh... aaaahh..aaaahhh.. eennaaaakkk...", kata yu
Darmi sambil memejamkan mata, membuatku semakin
bersemangat memainkan lubang kemaluanya.
"jangan berhentii.... trussss.... aaaahh..."
Setelah cukup lama aku bermain-main dengan
memiawnya, akhirnya tubuh yu Darmi seperti kejang-
kejang, dan bergerak-gerak dengan cepat serta kuat,
sampai aku sedikit kewalahan menahan posisinya.
"aaaah.. aaaa..aaaaaaaaaaaaahh..", jerit yu Darmi,
sembari tubuhnya mengejang-ngejang. Beberapa saat
kemudian tubuhnya melemas. Tangannya pun jatuh
terkulai keranjang, yu Darmi terlihat seperti orang yang
sudah KO.
Aku biarkan yu Darmi untuk mengatur napasnya. Akupun
berbaring di sisinya dan memeluknya dengan mesra. Yu
Darmi segera mengecupku dengan mesra dan berbisik
lirih di telingaku.
”Aduh mass....tadi itu tempekku diapakno ta? Kok enak
banget...” bisik yu Darmi tanpa malu-malu.
”Itu namanya jilmek yu” aku membalas sambil menggoda.
”Jilmek kuwi apa ta mas? Kok istilahnya ada-ada saja?” yu
Darmi jadi penasaran dengan istilah yang baru kukatakan
tadi.
”Jilmek itu jilat memiaw yu....Apa kang Sarjo enggak
pernah seperti itu?” aku menjawab sambil tersenyum
sambil mengelus payudaranya dan mulai memilin
putingnya dengan lembut.
”Wadhuh.....boro boro kang Sarjo mau seperti itu. Dia
itu sudah sejak lima tahunan yang lalu malah sudah
jarang sekali ngajak begituan kok mas”
Aku jadi kaget mendengar hal ini. ”Lha memangnya
kenapa yu?” aku jadi penasaran mendengarnya.
”Dulu kan kami pernah ke dokter mau nanya kenapa saya
kok enggak hamil-hamil. Lalu setelah diperiksa ternyata
kata dokter spermanya kang Sarjo itu lemah. Nah sejak
itu ia jadi seperti orang minder dan tidak mau ngajak
begituan lagi”
”Lha terus kalau yu Darmi lagi kepengin bagaimana?” aku
tambah penasaran.
”Itulah mas....paling-paling kalau aku sudah kepengin
banget yang kupaksa kang Sarjo untuk begituan. Tapi
hasilnya ya aku jadi tambah pusing soalnya kang Sarjo
sudah keluar duluan terus tidur..”
”Yo wis ta yu...sing sabar...kan ada aku. Nanti kalau yu
Darmi kepengin bisa ngajak aku kan tiap hari kita ketemu
di kiosku.”
”Mas Ardiini kok ada-ada saja....dasar bocah
gendheng...” jawabnya
banner
Previous Post
Next Post

0 comments: