ML Dengan Mama Tiru Ku yang Sexy
Cerita Dewasa - Sudah dua tahun sejak kepergian ibunya karena kecelakaan mobil.
Sekarang Ivan hanya hidup dengan ayahnya, Priambodo. Dulu saat masih
ada ibunya, ia tinggal di Jakarta. Tapi, saat ibunya meninggal, ia pindah
ke Surabaya karena ayahnya mempunyai perusahaan lagi disana.
Ivan sangat sedih saat melihat ayahnya menjadi sering tidak makan
gara-gara rindu dengan ibunya. Karena itulah, saat ayahnya bilang kalau
akan menikah lagi, dia tidak keberatan. Apalagi, kata ayahnya, ibu tirinya
nanti masih muda, sekitar 25 tahun, tidak terpaut jauh dengan Ivan yang
masih 20 tahun. Orangnya juga cantik dan baik, Ivan pasti suka. Ivan jadi
teringat dengan ibunya.
“Hei, Van!” teriak Limin, membuat Ivan sadar dari lamunan. “Kau ini
memikirkan apa sih?” tanya sahabatnya ini. Ivan hanya diam saja. ”Masih
memikirkan ibumu? Sudahlah, dia sudah tenang di atas sana.” ucap Limin
sambil menepuk bahu sang sahabat.
“Tidak,” jawab Ivan sambil tersenyum tipis. Lalu pergi ke kelas
bersama Limin lewat lapangan. Sampai di kelas, mereka duduk di tempat
biasanya dan memulai pelajaran.
***
Jam 4 sore, pelajaran Ivan selesai. Hari-hari biasa, setiap pulang
dari sekolah, dia akan mampir ke suatu tempat untuk berkumpul dengan
teman-teman lainnya. Tapi hari ini, Ivan memilih untuk langsung pulang
karena akan ada ibu baru di rumahnya.
“Van, kamu gak mampir dulu ke tempat si Jaka?” tanya Limin.
“Enggak ah, aku ingin pulang saja.” ucap Ivan sambil memakai helm.
”Ya sudah, aku duluan.” ucap Limin lalu pergi.
Begitu Limin pergi, Ivan langsung beranjak pulang. Sampai di rumah,
pintu sudah dibuka oleh seseorang dari dalam. “Hmm, kamu pasti Ivan?”
ucap perempuan itu, senyum terkembang di bibirnya yang tipis.
”Mm, ya… kamu siapa?” tanya Ivan balik. Perempuan itu sangat
cantik, secantik bidadari.
“Ahh, kamu sudah pulang, Van. Kenalkan, ini ibu barumu.” ucap
Priambodo yang sedang duduk di sofa sambil menonton teve.
”Apa kabar, Van. Aku ibu barumu.” ucap perempuan yang ternyata
bernama Echa itu sambil menyalaminya.
Ivan melihat Echa dengan bingung. Dia bingung karena melihat Echa
yang masih sangat muda.
”Kenapa, Van? Apa kamu nggak suka kalau aku jadi ibu barumu?”
tanya Echa dengan wajah sedih.
“E-enggak.. hanya saja, kamu begitu muda. Aku jadi bingung.” ucap
Ivan.
”Oh, hahaha.. aku memang awet muda, padahal umurku sudah 25
tahun.” ucap Echa. Dia bisa mengerti, Ivan pasti menyangka umurnya
masih belasan.
“Ohh, kalau begitu, aku duluan ke atas saja.” ucap Ivan untuk
menutupi kegugupannya. Tak menyangka kalau ibu tirinya akan begini
cantik dan seksi.
“Tidak makan dulu, Van?” tanya Echa khawatir.
”Enggak, aku sudah makan.” ucap Ivan tanpa menoleh ke arah Echa.
“Hmm.. sepertinya, dia tidak menyukaiku.” ucap Echa sedih.
”Tak apa, beri dia waktu. Mungkin dia masih merindukan ibunya.”
ucap Priambodo sambil mengelus pelan bokong bulat Echa.
Echa menolak dengan halus saat merasakan jemari sang suami
mulai bermain-main di atas gundukan kemaluannya. ”Jangan, Sayang.
Aku harus memasak.” dia menepisnya dan segera berlalu menuju dapur.
Priambodo menghela nafas, memandangi tonjolan burungnya yang
sudah mengeras kencang. Dia sudah sangat bernafsu sekarang. Inginnya
setelah tiba di rumah, dia langsung menyetubuhi Echa, tapi Echa malah
ingin kenalan dulu dengan Ivan. Dan sekarang, wanita cantik itu malah
sibuk memasak. Hah, dasar apes!
Tak kuat menahan birahi, Priambodo menyusul sang istri ke dapur.
”Masak apa?” tanyanya.
“Ini, sop sama udang goreng,” Echa mengusap keringat yang mulai
menetes di dahinya. Tangannya yang lentik sudah kelihatan belepotan
oleh berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali
kalau dia tidak pernah kerja sekeras ini.
”Jangan dipaksakan, sayang. Kita bisa beli makan di luar.” Tak
berkedip Priambodo memandangi tubuh langsing Echa yang hanya dibalut
daster putih tipis, tidak ketat memang, tapi cukup mencetak bentuk
pantat dan pinggulnya yang besar. Garis celana dalam Echa juga kelihatan
kalau wanita itu sedang membungkukkan badannya.
“Ah, seksi sekali.” pikir Priambodo kotor, makin tak tahan.
Saat itulah, tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari tempatnya.
Otomatis airnya langsung menyembur dengan derasnya mengenai tubuh
Echa yang kebetulan ada di depannya.
“Auw! Aduh.. tolong aku. Gimana ini?!” teriaknya dengan panik,
tangannya berusaha menutupi saluran air yang menyembur deras.
Sekejap saja, daster Echa yang tipis sudah basah kuyup, memperlihatkan
pantat dan payudaranya yang cukup besar. Garis celana dalamnya juga
terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa berpikir, Priambodo segera mendekat
dan membantu Echa memegangi saluran air itu. Akibatnya, posisi
tubuhnya jadi seperti memeluk tubuh Echa dari belakang. Kontolnya yang
masih ngaceng tepat mengenai belahan pantat istrinya yang sekal.
Keadaan ini membuat nafsu Priambodo jadi bangkit lagi. Bahkan
sekarang jadi lebih liar.
”Aduh, gimana ini?” tanya Echa tanpa bisa bergerak.
“Duh gimana ya, aku juga bingung.” Priambodo mengulur waktu. Saat
itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolnya, dia jadi tidak
bisa menahan gairahnya lagi. Pelan-pelan Priambodo melepas satu
tangannya dan tanpa sepengetahuan Echa, mulai mencopot celana berikut
CD-nya. Memang agak susah, tapi akhirnya dia berhasi. Dan dengan tetap
pada posisi semula, kini bagian bawah tubuh Priambodo sudah tidak
tertutup apa-apa lagi. Penisnya yang tidak begitu besar terlihat tegak
menantang.
“Pegang dulu, kucarikan penutup.” Kini niatnya sudah tidak bisa
ditahan lagi. Kalau Echa masih menolaknya, dia akan memaksa.
Memerkosanya juga kalau memang perlu.
Pelan-pelan Priambodo melepas pegangannya di kran air dan...
dengan
secepat kilat menyingkap daster Echa ke atas, kemudian secepat kilat
juga berusaha untuk melorotkan celana dalam gadis cantik itu yang entah
warnanya apa. Karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi
tersamarkan.
“Eh.. apa-apan ini?!” Echa menjerit, tapi tidak bisa berbuat apa-apa
karena sibuk memegangi kran air. ”Auw! Ahhhh...” dia merintih saat
Priambodo mulai jongkok dan menyibakkan pantatnya yang besar untuk
mencari liang senggamanya. Laki-laki itu mendekatkan kepalanya,
menjulurkan lidah, dan segera menjilatinya saat sudah mencapai lubang
vagina Echa yang masih perawan.
“Auwchh.. ahh..” jilatan sang suami membuat Echa bergetar tanpa
bisa beranjak dari tempatnya semula. Kalau bergerak, air pasti akan
menyembur lagi. Echa tidak mau membuat dapur ini jadi kotor.
Lidah Priambodo semakin leluasa merasakan aroma vagina sang
istri. Semakin ke dalam, semakin keras juga teriakan Echa. Sekarang,
sudah tidak ada lagi penolakan darinya, yang ada kepala Echa mulai
menggeleng-geleng tak karuan. Terlihat sangat menikmati sekali jilatan
Priambodo pada lubang vaginanya.
Priambodo sendiri terus menggerakkan lidahnya, mencari klitoris
Echa yang amat mungil, memang agak sulit, tapi setelah didapat, dia
segera menghisapnya habis. Dua jarinya juga ikut menusuk masuk, tapi
segera ia tarik kembali karena tidak ingin memecah keperawanan Echa
pakai jari. Ia ingin menggunakan penisnya untuk membelah ’duren’ itu!
Saat jumlah lendir yang keluar dari liang senggama Echa sudah tak
terkira, Priambodo segera berdiri. Ia siapkan senjatanya yang sudah
mengacung keras. Dengan dua tangan, dia coba menyibakkan kedua
belahan pantat sang istri sambil mendekatkan batang kontolnya ke vagina
Echa yang terlihat merah menyala. Priambodo mendorongnya sedikit demi
sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat di mulut rahim wanita cantik itu,
tanpa ba-bi-bu, langsung dilesakkannya dengan kasar.
Jlebb!
Meleot! Tidak bisa masuk.
Didorongnya lagi. Sama. Juga meleyot!
Dicoba berkali-kali juga sama, penis Priambodo tidak bisa menembus
lubang senggama Echa. Jangankan batangnya, kepalanya saja tidak bisa
masuk. Priambodo jadi frustasi. Apa ada yang salah ya? Apa batangnya
kurang keras? Padahal dia sudah sangat bernafsu sekali saat ini.
“Ayo, Sayang! Aku sudah siap!” Echa menggerak-gerakkan pinggulnya,
meminta Priambodo agar segera memasuki dirinya. Tapi apa daya, laki-
laki itu tidak bisa melakukannya.
Bahkan saat dicoba untuk yang ke sekian kalinya, bukan batangnya
yang masuk, malah spermanya yang moncrot duluan. Priambodo
ejakulasi. Bergesekan dengan bibir vagina Echa saja sudah membuat dia
orgasme!
”Maafkan aku, Sayang.” Priambodo berkata penuh sesal. Sperma
masih menetes-netes dari ujung penisnya yang mulai mengkerut.
”Tidak apa-apa,” Echa membenahi lagi bajunya. Membiarkan air dari
kran menyembur membasahi lantai dapur. ”Mungkin nanti malam.”
”Iya, tadi aku terlalu bernafsu.” kata Priambodo malu.
***
Tapi malamnya, hal yang sama tetap terjadi. Priambodo gagal
memperawani Echa. Alih-alih menyetubuhi istrinya yang cantik itu, melihat
tubuh Echa yang telanjang saja sudah membuatnya orgasme. Apalagi
dibelai dan dikocok, dia benar-benar tak tahan.
Itulah kenapa, sampai seminggu setelah perkawinan mereka, Echa
masih perawan. Echa jadi uring-uringan karenanya. Dia yang sudah sangat
ingin merasakan indahnya malam pertama, malah tidak bisa
mendapatkannya dari sang suami.
”Aku juga tidak ingin begini, Sayang.” Priambodo mencoba merayu.
Penisnya mulai meringkuk setelah pertempuran yang tidak sampai 1
menit. Benar-benar payah!
”...” tidak menjawab, Echa berlalu meninggalkan kamar pengantinnya.
”Kamu mau kemana, sayang?” Priambodo ingin menyusulnya, tapi dia
sudah keburu ambruk kembali ke ranjang, kelelahan.
Echa berjalan pelan melalui lorong ruang tengah. Tubuhnya yang
telanjang cuma ia balut baju tidur tipis. Gadis itu haus, ia ingin pergi ke
dapur untuk minum. Saat itulah, di depan kamar mandi, Echa melihat Ivan
yang sedang kencing berdiri tanpa menutup pintu. Yang membuatnya
tertegun adalah kemaluan bocah lelaki itu. Luar biasa besar, juga panjang.
Padahal benda itu masih belum ngaceng benar, masih agak lembek dan
menggantung. Kalau ’tidurnya’ saja seperti, apalagi ’bangunnya’... Echa
kesulitan menelan ludah membayangkannya.
Dia masih termangu saat Ivan menengok keluar dan tersenyum
melihatnya yang sedang mengamati. Seperti disengaja, Ivan malah
menggoyang-goyangkan penisnya, seperti ingin memamerkannya.
Echa yang merasa kepergok, segera melengos cepat. Dia malu dikira
sengaja melihat. Buru-buru dia mengambil segelas air dan kembali ke
kamar. Setelah menegaknya separuh, Echa berusaha untuk kembali tidur.
Tapi... pikirannya terus melayang-layang. Terbayang penis Ivan yang besar
dan panjang. Dia jadi resah, perasaannya gelisah. Echa tak mampu
menghilangkan ingatannya pada apa yang baru saja disaksikannya.
Bayangan akan seandainya kemaluan besar itu menembus vaginanya
terus mengejar pikirannya. Jantung Echa berdegup kencang dan cepat.
Dia terangsang! Ahhhh...
Film Bokep - Pagi harinya, Echa terbangun oleh jilatan Priambodo pada
payudaranya. Sebenarnya dia malas untuk melayani laki-laki itu, takut
kecewa dan tidak terpuaskan seperti biasanya. Tapi, karena diserang
terus-menerus, Echa akhirnya tak tahan juga. Dia bangun dan dilayaninya
nafsu sang suami. Didorongnya Priambodo hingga telentang di ranjang,
lalu dengan penuh nafsu, dikulumnya penis laki-laki itu.
Priambodo menggeram dan menyemburkan spermanya, padahal baru
juga 5 jilatan. Dia benar-benar payah. Menyumpah-nyumpah, Echa
meludahkan sperma yang masuk ke dalam mulutnya.
”Sayang...” gadis itu merajuk, meminta Priambodo agar bisa bertahan
sedikit lebih lama. ”Aku kan juga pengen enak.” katanya.
Priambodo tertawa dan mengecup mesra pipi mulus Echa, ”Aku
harus ke kantor,” laki-laki itu lalu beranjak pergi ke kamar mandi,
meninggalkan Echa di ranjang sendirian, merenungi gairahnya yang
menggantung tak karuan.
***
Di meja makan, saat sarapan, Echa dan Ivan tidak saling berbicara.
Mereka sama-sama sungkan dengan peristiwa tadi malam. Echa bisa
menebak kalau Ivan juga tidak bisa tidur semalam, terlihat dari kantung
matanya yang tampak tebal. Apakah dia membayangkanku? batin Echa.
Itu bisa saja karena sampai sekarang, Ivan masih saja memanggil
Echa dengan sebutan ’tante’, bukan ’mama’ apalagi ’ibu’. Echa jadi sangat
sedih karena Ivan tidak menganggapnya sebagai ibunya sendiri, tapi juga
gembira karena dengan begitu, terbuka kesempatan untuk ’menggoda’
bocah itu. Apalagi Echa melihat, Ivan memandangnya tidak dengan
hormat, tapi dengan nafsu. Nafsu seorang remaja pada wanita dewasa.
***
Rumah sepi. Priambodo kerja, sedang Ivan ke sekolah. Untuk
mengisi waktu, Echa memutuskan untuk bersih-bersih rumah saja.
Sasaran pertamanya adalah kamar Ivan, ruangan paling acak-acakan di
rumah ini.
Dipungutinya kertas yang berserakan. Juga kaos dan celana yang
menumpuk jadi satu di keranjang. Echa berniat untuk mencucinya. Saat
itulah, saat memegang kain segitiga berwarna merah –celana dalam
Ivan– dirasakannya ada cairan yang sedikit lengket. Echa
memperhatikannya lebih telita lagi: bening, lengket dan sedikit amis. Itu
sperma! Echa memegang sperma Ivan! Tidak salah lagi.
”Aaah...” menjerit, Echa melempar celana dalam itu jauh-jauh.
Badannya gemetar, sementara kepalanya mulai pusing.
Kapan Ivan mengeluarkan sperma itu? Apakah tadi malam, setelah
Ivan bertemu dengan dirinya di dapur? Sepertinya begitu. Karena sperma
itu sudah agak kering sekarang. Berarti...
Echa kaget, sekaligus senang. Ivan birahi pada dirinya. Itu sudah
pasti.
***
Seperti malam-malam sebelumnya, Priambodo juga mencoba untuk
memperawani Echa malam ini. Dibukanya BH gadis cantik itu hingga
tertampanglah dua gundukan punya Echa yang cukup besar dan kenyal.
Juga celana dalamnya hingga Echa full telanjang sekarang. Penuh nafsu,
Priambodo segera mengemut dan menjilat payudara sang istri.
”Ahhh…” Echa merintih dan menggelinjang. Apalagi sambil menjilat,
Priambodo juga mengusap-usapkan 3 jarinya ke bibir vagina Echa yang
terasa sudah mulai basah.
”Aahh.. berhenti.. geliii...” ucap Echa sambil mencengkramkan
tangannya keras-keras ke penis Priambodo yang mungil. Beda sekali
dengan punya anaknya, batin Echa dalam hati.
Priambodo terus mengusap-usap vagina itu hingga ia akhirnya tak
tahan. ”Hisap, Sayang!” disuruhnya Echa untuk mengulum penisnya
sebentar. ”S-sudah, nanti aku tak tahan.” dia tak mau orgasme duluan di
bibir manis sang istri.
Echa segera mengangkangkan kakinya lebar-lebar, siap menerima
tusukan sang suami. Priambodo menyiapkan penisnya dan... menusuk!
Gagal! Penisnya tidak mau masuk. Vagina Echa seperti tertutup,
menolaknya.
”Coba lagi, Sayang.” Echa meminta. Dia membuka kakinya lebih
lebar.
Priambodo mendorong lagi, lebih keras dan kuat. Jlebbb!! Ahh,
ujungnya sudah menempel. Tepat di mulut liang senggama Echa. Rasanya
begitu hangat dan nikmat. Hingga tak lama... Croot! Croot! Croott! Belum
sempat Priambodo menggoyang tubuhnya, spermanya sudah menyemprot
duluan.
”Ahh,” Echa mengeluh kecewa. Dia segera menyelubungi tubuhnya
dengan selimut dan tidur dengan membelakangi sang suami.
***
Hari masih gelap ketika Ivan bangun pagi itu. Tidak biasanya dia
bangun sepagi ini kalau tidak karena kebelet pipis. Dia segera pergi ke
kamar mandi. Tapi sampai disana, ternyata sudah ada orang. Echa, ibu
tirinya, sedang mandi.
Ivan berdiri diam tanpa suara di depan kamar mandi, mendengar
suara air jatuh di lantai dari dalam sana. Dia tahu Echa sedang
mengguyur tubuhnya yang telanjang sekarang, menyabuni lekuk tubuh
yang aduhai itu, payudaranya... selangkangannya... uhh, Ivan jadi tak
tahan.
Pelan-pelan, ia melangkah untuk mengintip dari celah pintu yang
tidak tertutup sempurna. Mungkin Echa tidak menyangka kalau Ivan akan
bangun sepagi ini sehingga seperti biasa, dia tidak rapat menutup pintu.
Jantung Ivan berdegup begitu kencang ketika matanya mulai melihat jelas
ke dalam kamar mandi.
Ya Tuhan... dia nyaris tak percaya dengan penglihatannya.
Menyamping dari arahnya, tubuh Echa telanjang bulat, dengan payudara
yang tumbuh besar bergayut indah. Air membasahi kulit dewasanya,
membuatnya terlihat segar dan... ahh, pantatnya begitu padat.
Echa bersenandung lirih, tak menyadari sang anak tiri sedang
memperhatikan seluruh gerakannya, menatap setiap lekuk daging
tubuhnya. Kemaluan Ivan tegang bukan main, mengeras berdenyut-denyut
kencang. Di dalam sana, Echa tengah menelusuri tubuh mulusnya dengan
sabun. Ivan terpaksa harus menelan ludah berulang-ulang saat melihat
sang ibu tiri yang masih sangat muda itu menyabuni payudaranya.
Bagaikan nonton film 3D, Ivan seperti bisa merasakan betapa kenyalnya
dua bukit daging itu.
Dan dia makin terbelalak saat Echa berbalik hendak menyimpan
sabun. Terlihat di selangkangan perempuan itu, bulu-bulu halus yang
tumbuh rapi di atas kemaluan yang merah merekah, benar-benar
menyempurnakan apa yang sudah ia lihat sebelumnya. Apalagi saat Echa
tiba-tiba menungging untuk mengambil sikat gigi yang jatuh di lantai.
Daging kemaluannya terlihat menyembul dari sela-sela pantatnya yang
bulat.
Ivan terhenyak. Dia sudah tak dapat menahan diri lagi.
Dicengkeramnya batang kemaluannya yang sudah mengeras kencang,
dan... ”Aaghhhh!” dikocoknya dengan penuh nafsu.
Di dalam, Echa sudah selesai mandi dan kini tengah mengeringkan
tubuh mulusnya dengan handuk. Ivan berkejaran dengan waktu. Dia harus
cepat. Untungnya, beberapa detik kemudian, dia sudah ejakulasi. Seluruh
hasrat dan nafsunya meledak di pagi yang dingin itu, spermanya
menyemprot begitu banyak di pintu kamar mandi.
Selesai memakai baju, Echa segera keluar dari kamar mandi. Di
depan pintu, dia hampir jatuh karena terpeleset cairan aneh. ”Apa ini?”
Echa memungutnya dan membauinya. Sperma, batinnya dalam hati. Tapi
sperma siapa?
Echa tidak tahu, kalau tak jauh dari situ, Ivan tengah sembunyi sambil
berusaha mengatur nafasnya yang memburu...
***
Pulang sekolah, Ivan nonton teve sendirian. Dia teringat saat di
sekolah tadi, dia tidak bisa konsentrasi selama jam pelajaran
berlangsung. Bayangan tubuh mulus Echa terus menganggu pikirannya.
Membuatnya jadi melamun dan akhirnya dihukum oleh guru.
Begitu juga dengan saat makan malam. Ketika Echa menawarinya,
”Kamu mau dada atau paha?” Ivan malah membayangkan dada Echa yang
bulat dan pahanya yang putih mulus. Uhh, sungguh terlalu.
“Ah, aku haus, mungkin ada es di kulkas.” ucap Ivan lalu beranjak ke
dapur.”Ah, ini dia.” dia mengambil segelas sirup dan langsung ingin
beranjak ke ruang tengah lagi.
Saat itulah, “Oohh.. Aahh.. Eeumm…m-masukiinn, Sayang…”
terdengar suara desahan dari kamar ayahnya, membuat Ivan
menghentikan langkahnya. Mengendap-endap, dia berbelok ke kamar itu
dan mengintip.
”Wew!” Ivan shock melihat apa yang ada di dalam sana, ayah dan ibu
tirinya sedang bermain seks. Mata Ivan seketika melotot melihat apa
yang mereka lakukan. Ia merasakan penisnya mulai menegang.
Ingin menikmati momen itu lebih nikmat, Ivan membuka celananya
dan mulai mengocok-ngocok penisnya. Di dalam, dilihatnya Priambodo,
sang ayah, berusaha berkali-kali memasukkan penisnya ke lubang
senggama Echa yang merah membara, tapi tidak pernah berhasil.
”Kurang keras,” Ivan mengomentari penis ayahnya yang tampak kecil
dan lembek. ”Tidak akan pernah bisa masuk kalau seperti itu.” tambahnya
lagi sambil mengocok penisnya semakin cepat.
Ivan tak peduli meski permainan ayah dan ibu tirinya tidak hot sama
sekali, yang penting ia bisa melihat tubuh mulus Echa dan menggunakan
tubuh itu sebagai fantasi onaninya.
Lima menit kemudian, “Aahh.. aku keluar...” desah Ivan saat
cairannya menyembur keluar. Dia mengatur nafasnya terlebih dahulu
sebelum mengambil tisu dan membersihkan spermanya yang berceceran
di lantai. Ivan tidak tahu kalau saat itu ada sepasang mata yang
mengamati tingkah lakunya dari dalam kamar.
***
Sekitar pukul 5 sore, sesuai dengan kebiasaan harian, setelah beres-
beres rumah, Echa mandi. Baru saja mengguyur badannya, selintas ia
melihat kelebatan bayangan di celah pintu kamar mandi yang retak kecil.
Rasanya seperti ada yang mengintip. Siapa ya? Kalo suaminya, bukankah
lebih baik kalau langsung masuk saja. Apakah... Echa terhenyak. Ivan!
Pasti Ivan yang sekarang sedang berdiri di depan pintu itu.
Tapi anehnya, meski tahu kalau anak tirinya sedang mengintip, ia
tidak bisa marah. Echa malah meneruskan mandinya. Dan cenderung
ingin memamerkan tubuhnya. Bukankah Ivan sudah melihatnya telanjang
tadi siang, apa bedanya ditambah yang sekarang? Beraksi bak model,
Echa meliuk-liukkan tubuhnya, memberi Ivan pemandangan yang tidak
akan dilupakan pemuda itu seumur hidupnya.
Saat menyabuni payudaranya, Echa menghadap pintu. Begitu juga
saat ia membersihkan lubang vaginanya, Echa membiarkan Ivan
menikmatinya.
Selesai mandi, Echa melihat anak tirinya itu sedang duduk membaca
majalah, pura-pura tidak terjadi apa-apa. Tapi muka Ivan sudah memerah
bak kepiting rebus. Terkikik kegelian, Echa meneruskan langkahnya ke
kamar. Di depan cermin, ia menyisir rambut hitamnya yang lembut. Lagi-
lagi Echa merasa ada yang memperhatikannya dari balik pintu yang
memang sengaja tidak ia tutup. Makin nakal, Echa membuka lilitan
handuknya dan membiarkan Ivan memandangi tubuh telanjangnya
sepuasnya.
Ada sedikit kepuasan di hatinya melihat Ivan yang terus mengintip
tak bosan-bosan. Berarti anak itu suka pada dirinya. Ekspresi Ivan yang
terbengong-bengong di balik pintu bisa ia lihat dari cermin. Echa
tersenyum bahagia.
Selesai ganti baju, ia tidak menemukan Ivan di ruang tengah.
Penasaran kemana pemuda itu pergi, Echa mencari ke kamar. Mungkin
Ivan sedang main computer seperti biasa. Di luar pintu kamar, Echa
mendengar suara menderit-derit berulang-ulang. Dia jadi ingin tahu.
Dibukanya pintu yang tidak terkunci itu perlahan-lahan. Melalui celah
sempit, Echa mengintip.
”Oh, Tuhan,” dia memekik tertahan. Di dalam, dilihatnya Ivan sedang
duduk di depan komputer. Celana panjangnya telah turun dan teronggok di
lantai. Celana dalamnya juga tak tampak lagi. Ivan telanjang!
Mata pemuda itu tertutup rapat, nafasnya berat, dengan kaki
membuka, dan tangannya mencengkeram erat batang kemaluannya yang
tegak berdiri. Suara berderit terdengar karena irama tangan Ivan yang
mengocok batang keras itu cepat-cepat.
Selain milik Priambodo, Echa tidak pernah melihat lelaki telanjang
secara langsung. Dan tiba-tiba sekarang ia melihat pemuda ABG yang
sedang terangsang berat. Batang tegang Ivan yang keras itu tampak
panjang, kira-kira 12-13 cm dan berukuran langsing, bentuknya agak
melengkung sedikit, dengan warna kulit yang tampak kemerahan karena
Ivan berkulit putih. Kedua kantung telurnya tampak bersih dan tidak
berambut. Ada sedikit rambut halus dan jarang di daerah pubicnya. Echa
bisa melihat kepala batang Ivan berlumuran dengan air precum bening
dan tampak merah mengkilat.
computer, ada gambar seorang perempuan yang sudah dewasa (ibu-ibu)
sedang melakukan oral sex mengisap penis pemuda lajang. Echa heran,
kenapa Ivan onani dengan melihat perempuan dewasa dan bukannya
perempuan muda. Saat itulah terbuka pikiran Echa; selama ini Ivan tidak
menyukai anak perempuan SMA karena dia lebih mengagumi perempuan
dewasa. Itulah sebabnya dia sangat memperhatikan Echa, ibu tirinya yang
masih perawan!
Terdengar oleh Echa, Ivan menggumam sambil terus meremas dan
mengocok-ngocok batangnya. Walau tidak jelas apa yang dibisikkan oleh
bocah itu, tapi sepertinya Ivan menggumam, “Auh... tante, jilat terus,
tante! Remas dan jilat, tante. Hisap sampai Ivan keluar!”
Echa merasa kurang pasti, tapi dia melihat pinggul Ivan mulai
bergerak naik turun di atas bangku yang ia duduki. Sebagai wanita
dewasa yang sudah bernah berhubungan badan, Echa tahu kalau Ivan
sudah hampir memuncratkan air maninya. Echa merasa sedikit tidak enak
hati mengintip semacam ini, tapi ia tidak sanggup untuk mengalihkan
pandangan matanya. Echa bahkan merasa daerah kemaluan di antara
kedua pahanya mulai berkedut-kedut dan rasa gatal mulai muncul di
daerah itu. Echa yakin, ada kebasahan disana.
Ivan mulai terdengar mengerang keras. bocah itu terus onani dan
berfantasi dengan bebas tanpa pernah menyangka kalau Echa sedang
menontonnya. Erangannya terdengar semakin jelas, “Ya, ya, tante... hisap
air maniku, tante... hisap kepala kontolku... hisap airnya… ahh…” Sambil
mengerang demikian, tiba-tiba sperma Ivan muncrat dan memancar deras
ke atas. Pancuran itu naik hingga mengenai muka dan dada Ivan.
Seumur-umur, Echa belum pernah melihat semprotan air mani yang
demikian kencang.
Menyaksikannya membuat Echa jadi panas dingin, kepalanya jadi
terasa mengambang, sementara vaginanya terus berdenyut-denyut untuk
memberinya rasa gatal yang amat nikmat. Echa juga merasa bagian
dalam lubang kenikmatannya mulai mengembun, makin menambah
kebasahannya yang sudah sangat parah.
Tak kuasa menahan birahi, tanpa sadar jari-jari Echa sudah
menyelinap masuk ke balik celana dalamnya. Dia mulai membelai-belai
lipatan bibir bawahnya, menyebarkan kebasahannya yang sudah sangat
lengket ke arah klitorisnya. Benda itu sudah terasa sangat gatal dan
sensitif. Echa segera menggaruknya. Sambil jari tengah menggosok-gosok
dan menekan celah bibir vaginanya, jempol Echa ikut mengusap-usap
tonjolan klitorisnya.
Birahinya jadi tak terbendung lagi. Kegatalan itu terus memuncak,
menimbulkan kenikmatan yang amat sangat di bagian dalam lubang
vaginanya. Echa terus onani sambil memandangi Ivan yang masih asyik
mengocok batang penisnya. Bau air mani terasa kuat menguar dari kamar
bocah itu. Puncak kenikmatan hampir diraih oleh Echa. Ia harus menutup
mulutnya dengan tangan kalau tidak mau erangan dan desisannya
didengar oleh Ivan.
Satu detik kemudian, ledakan nikmat itu melanda. Badan Echa
terkejang-kejang kaku sejenak menikmati terpaan rasa nikmat yang
bersumber dari dalam liang vaginanya. Rasa itu menyebar cepat ke
seluruh tubuhnya, memberikan rasa nyaman di hatinya. Terasa cairan
bening merembes keluar dari celah celana dalamnya. Ah, sungguh
kenikmatan yang sangat luar biasa.
Setelah merapikan bajunya, Echa buru-buru pergi meninggalkan
tempat itu. Ia masuk ke dalam kamarnya sendiri dan mengunci pintunya.
Berdiri di balik pintu, Echa berusaha untuk menenangkan diri. Wajah
cantiknya tampak pucat. Begitu juga dengan deru nafasnya, masih terasa
berat dan memburu. di bawah, terasa pangkal pahanya masih sedikit
lengket akibat cairan vaginanya yang sudah mulai mengering.
***
Esok paginya, Priambodo sudah pergi bekerja saat Echa pergi ke
kamar Ivan untuk membangunkan bocah itu. Hari ini Ivan memang dapat
jadwal sekolah agak siang.
“Ivan-ahh... bangunlah!” ucap Echa saat membuka pintu kamar Ivan.
”Waktunya se...” dia terkejut begitu melihat tubuh Ivan yang tidur
telanjang di atas ranjang, bocah itu hanya memakai celana pendek
selutut. Echa makin kaget saat mendapati tonjolan besar yang ada di
celana Ivan.
Echa jadi memikirkan yang tidak-tidak, terutama peristiwa kemarin.
Tanpa sadar, vaginanya jadi basah dan lengket. Menghela nafas, Echa
akhirnya mendekat dan jongkok di depan tonjolan besar di celana Ivan.
Dia elus perlahan ujung tonjolan itu. Saat melihat Ivan tidak bereaksi,
Echa memberanikan diri untuk membukanya. Penis Ivan langsung
meloncat keluar, sangat besar dan panjang sekali. Lebih besar dari punya
Priambodo.
Echa tersenyum dan membatin dalam hati, ”Ah, pasti akan nikmat
sekali saat masuk ke dalam vaginaku.” Dia mulai mengelus-elus
selangkangannya sambil terus memandangi batang coklat panjang itu.
Penis Ivan begitu menggoda, Echa ingin mencobanya, tak peduli meski
Ivan adalah anak tirinya sendiri. Dia mulai meremas-remas benda itu,
menggenggamnya begitu erat dan mesra.
”Eunhh... hhuuhh...” desah Ivan dalam tidurnya, mungkin dia
menganggap perlakuan Echa itu seperti mimpi.
Makin berani, Echa meremas-remas penis Ivan semakin kuat.
”Aahh... hhehhh... eummhh...” desah Ivan lagi, semakin terdengar
keras juga.
Echa mulai mengocok-ngocoknya pelan, membuat Ivan jadi
mengeluarkan desahan seksinya, ”Hhooahh... ohh… euhhh...”
Echa mengocok semakin cepat, dan kali ini mau tak mau membuat
Ivan jadi terbangun. Echa lekas menghentikan kegiatannya, sementara
Ivan sangat kaget dengan apa yang ia lihat; Echa, ibu tirinya yang seksi,
sekarang sedang memegangi penisnya dan mengocoknya lembut, persis
seperti apa yang ia bayangkan selama ini.
“T-tante? A-apa yang tante la-lakukan... hhaa?” tanya Ivan dengan
desahan tertahan.
“Aku hanya ingin bermain denganmu,” jawab Echa santai dan
langsung mengemut penis Ivan.
“Ahh… hoohh... b-berhenti...” desah Ivan sambil meremas kasurnya.
Echa tidak menghiraukan perintah itu, dia terus menjilat dan
mengulum penis Ivan penuh nafsu. Sedikit lagi dia pasti akan terangsang,
pikir Echa.
Dan benar saja, beberapa detik kemudian. “Aahh… ohh... enaknya...
eumm...” erang Ivan tak jelas saat Echa memaju-mundurkan mulutnya
semakin cepat. Tak tahan, diapun bangkit dan langsung menyerang Echa.
Ivan menyergap dan menciumi vivir tipis Echa bertubi-tubi, dia juga
meremas-remas payudara ibu tirinya itu.
”Eeunhh... pelan-pelan, Vanhh!” desah Echa tertahan.
“Siapa suruh membuatku bernafsu?” ucap Ivan dan langsung
mencium mulut Echa sekali lagi. Dibukanya mulut perempuan cantik itu
dan dimasukkan lidahnya ke dalam mulut Echa. Dengan cepat lidah
mereka saling membelit dan seakan sedang menari saat bertarung untuk
memperebutkan air liur.
Ivan menjilat bibir Echa, lalu dibukanya baju ibu tirinya itu, diremasnya
payudara Echa yang bulat padat dengan lembut. ”Eeuhh... ohhh... ahhh...”
desah Echa tak karuan.
Tangan Ivan maju ke punggung Echa, dirabanya pengait bra wanita
cantik itu, dan ketemu. Dengan satu hentakan keras, bra itu terlepas. Ivan
meninggalkan mulut Echa dan ganti menjilati payudara Echa yang putih
mulus. Dimulai dari yang kanan, sambil menghisap dan menggigiti
putingnya, Ivan meremas-remas gundukan yang sebelah kiri. Begitu pula
sebaliknya, kedua daging kembar itu tak luput dari serbuan tangan dan
lidah Ivan, membuat Echa jadi mendesah-desah keenakan karenanya.
“Oohh... ahhh... Ivan, teruus!” desah Echa tak karuan, matanya sudah
terpejam, sementara tubuhnya menggelinjang kuat kesana-kemari.
Ivan terus menjilat puting Echa, diemutnya benda mungil kemerahan
itu dengan rakus dan dihisap-hisapnya kuat-kuat.
“Ahhh... ohhh… lebih keras, Van… aku suka!” desah Echa sambil
menekan kepala Ivan ke arah belahan buah dadanya.
Ivan terus menjilat payudara Echa, dia seperti kesetanan. Memang ini
yang ia inginkan dari dulu, dan begitu mendapatkannya, Ivan tidak akan
melepaskannya dengan mudah. Ia akan menikmatinya hingga capek dan
puas.
Sepuluh menit berlalu. Setelah payudara Echa berubah warna menjadi
kemerahan akibat cupangannya, barulah Ivan turun ke bawah. Dielusnya
vagina Echa dari luar celana dalamnya. “Eeum... ohhh... ahhh...” desah
Echa kegelian.
Ivan segera membuka cd berenda merah itu hingga tertampanglah
vagina Echa yang putih bersih dengan sedikit bulu halus menghias di
bagian atasnya. Ivan jadi bengong sebentar melihat pemandangan indah
itu. Setelah tersadar, barulah dia memasukkan satu jarinya kesana, lalu
mulai menjelajahi liang vagina Echa dengan lembut.
“Aahh... hmmm... geli, Van!” desah Echa semakin keras saat Ivan
mulai mengocok liang vaginanya menggunakan dua jari. Malah bukan saja
mengocok, kini Ivan juga menunduk untuk menjilat dan membasahi benda
itu dengan mengemut klitorisnya penuh nafsu. Perbuatannya itu membuat
Echa jadi berteriak kesetanan.
”Ivan… ahhh... aku... a-aku keluuaarrgghhhhhhh!!!!” desah Echa
kencang saat cairan kenikmatannya menyembur keluar.
Sementara wanita itu menikmati orgasmenya, Ivan segera
menyiapkan penisnya, ia siap untuk menyetubuhi Echa, tapi masih
bingung bagaimana melakukannya, padahal dia sudah pernah menonton
film bokep.
“Kenapa hanya dilihat, cepat masukkan!!” ujar Echa tak sabar. Dia
segera memegang penis Ivan dan membimbingnya untuk memasuki liang
kemaluannya. ”Aarrgghh…” desah mereka bersamaan saat alat kelamin
mereka bertemu dan saling bertaut.
Tidak seperti Priambodo, dengan sekali dorong, Ivan bisa menerobos
selaput dara Echa. Ia berhasil memperawani ibu tirinya sendiri! Echa
merintih saat cairan merah merembes dari liang vaginanya, tapi ia sama
sekali tidak mengeluh. Justru ini yang ia cari selama perkawinannya
dengan Priambodo. Dan ternyata, Ivan lah yang bisa memberikannya.
Echa menahan nafas saat Ivan mulai menggenjot tubuhnya. ”Ahhh...
lebih cepat, Van... euumm… enak!” desah Echa seksi, membuat Ivan
makin mempercepat gerakannya. Bocah itu juga merasa nikmat, sama
sekali tidak menyangka bisa menyetubuhi ibu tirinya yang cantik dan seksi
ini.
”Aahh... Van, goyang terus… tusuk lebih dalam… lebih kuat… ahhh...”
erang Echa semakin tak jelas.
Gerakan Ivan menjadi semakin cepat, sampai kasurnya juga ikut
bergerak-gerak karena gaya permainan mereka. Ivan terus memaju-
mundurkan pinggulnya, sementara Echa ikut memutar-mutar bokongnya
untuk mengimbangi goyangan bocah itu.
“Ahhh... ahhh… ahhh... sempit sekali…” erang Ivan keenakan. Sambil
terus menggoyang, ia juga tak lupa menciumi dan meremas-remas
payudara Echa yang bulat seksi.
”Penismu juga sangat nikmat, Van...” erang Echa tak mau kalah.
Mereka terus berada dalam posisi seperti itu, hingga Echa merintih
tak lama kemudian, ”Ivan... aku keluar!!” desahnya dengan tubuh
kelojotan dan terkejang-kejang ebberapa kali.
“Aku juga, ahhh…” sahut Ivan dan, crrott... croott... croot... cairan
mereka saling menyemprot untuk bercampur dan meleleh menjadi satu.
”Aahhhhhhhh...!!!” teriak Echa penuh kepuasan. Setelah menunggu
selama ini, akhirnya ia merasakan juga nikmatnya persetubuhan.
“Terima kasih, Van, kamu sudah memuaskanku...” ucap Echa tulus.
”Tidak, akulah yang harus berterima kasih… Ibu!” ucap Ivan dengan
tersenyum lebar.
Mendengar itu, Echa jadi ikut tersenyum. Ia lalu bangun dan memeluk
Ivan. “Akhirnya kamu memanggilku ’ibu’ juga.” ucap Echa senang.
Ivan membalas pelukan perempuan cantik itu. “Ibu...” panggilnya.
”Hemm… apa?” tanya Echa.
”Aku lapar.” ucap Ivan lucu.
“Sekarang mandi lah. Ibu akan menyiapkan sarapan.” ucap Echa dan
berdiri. Dia mau keluar dari kamar tapi tangannya ditahan oleh Ivan.
“Mandi sama ibu!” ucap Ivan manja.
Echa hanya tersenyum melihat tingkah laku anak tirinya. ”Dasar
kamu ini.” ucapnya sambil tersenyum nakal dan meremas penis Ivan yang
masih melemas.
***
Malam harinya…
Dengan satu tusukan keras, Priambodo mendorong penisnya dan…
berhasil!! Ia sukses memperawani Echa, istri barunya. Tapi kok...
”Kenapa kamu tidak berteriak?” tanya Priambodo heran. Echa hanya
mengedikkan bahunya sebagai jawaban. Dan keheranan Priambodo
semakin menjadi-jadi saat memandang bagian bawah tubuh Echa.
”DARAH! MANA DARAH? KENAPA KAMU TIDAK BERDARAH?” teriak
Priambodo frustasi.
Di dalam kamarnya, Ivan mendengar teriakan itu sambil tertawa.
0 comments: