Thursday, March 5, 2020

Cerita Dewasa - Suami ku Meminta Ku Untuk Mencoba Threesome

Suami ku Meminta Ku Untuk Mencoba Threesome  




Cerita Dewasa -  
Namaku Yulia dan biasa dipanggil dengan Lia, aku sudah menikah kira-



kira 3 tahun. Saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga, meskipun

sempat kuliah di sebuah perguruan tinggi. Sedikit gambaran fisik tentang

diriku, umur saat ini 25 tahun, berkulit putih, berambut lurus sepundak,

dengan payudara yang sekal, tinggi 155 cm, berat 45 kg, dengan perut

rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggulnya serasi dengan bentuk

badan dan kedua bongkahan pantatku yang indah. Secara umum, cukup

seksi..

Telah lama suamiku mempunyai fantasi untuk melakukan aktifitas seks

threesome atau melihat aku disetubuhi oleh laki-laki lain. Biasanya,

sebelum bercinta, dia selalu mengawalinya dengan fantasinya. Fantasi

yang paling merangsang bagi suamiku, adalah membayangkan aku

melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain dengan kehadiran

suamiku. Sekedar informasi, aku memang mempunyai gairah seks yang

sangat tinggi, sementara di sisi lain, suamiku biasanya cuma sanggup

ejakulasi satu kali, belum lagi ukuran penisnya yang pas-pasan. Setelah

ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian penisnya bisa ereksi lagi,

umumnya dia merasa lelah dan tidak bergairah, mungkin akibat beban

pekerjaan yang cukup berat. Karenanya, biasanya ketika aku minta agar

bisa mencapai orgasme berikutnya, paling banter dia melakukannya

dengan tangan, atau membantu bermasturbasi dengan dildo.

Walaupun demikian selama ini aku berusaha untuk bisa merasa puas

dengan cara tersebut.Setelah sekian lama dia mempunyai fantasi

tersebut, suatu hari dia bertanya bahwa apakah aku mau merealisasikan

fantasi tersebut. Pada awalnya aku kira dia cuma bercanda. Namun dia

selalu mendesakku untuk melakukan itu, aku bertanya apakah dia serius.

Dia jawab, “Ya aku serius!” Terus aku tanya lagi bahwa apakah nanti dia

masih akan tetap sayang sama aku, dia jawab “Ya! aku akan tetap

menyayangimu sepenuh hati, sama seperti sekarang.” Kemudian dia

berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk membuatku bahagia dan

mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan melihat wajahku

ketika mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga memberikan

kepuasan tersendiri bagi dirinya.

Di lain keadaan hal ini membawa dampak juga terhadap diriku. Secara

terus terang aku pun terkadang merasa kurang mendapat kepuasan

dalam hubungan suami istri. Kuakui selama ini aku juga sering

mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, terutama di pagi hari

apabila malamnya kami melakukan hubungan intim dan suamiku tidak

dapat melakukannya secara sempurna. Oleh karena itu suamiku membeli

sebuah alat vibrator. Suamiku mengatakan alat itu mungkin secara tidak

langsung dapat membantu kami untuk mendapatkan kepuasan dalam

hubungan suami istri. Pada mulanya aku memakai alat itu sebagai

simulator sebelum kami berhubungan badan. Akan tetapi lama kelamaan

secara diam-diam aku sering pergunakan alat tersebut sendirian di pagi

hari untuk menyalurkan hasrat kewanitaanku yang aku rasakan semakin

meluap-luap.

Rupanya fantasi seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan

sekadar fantasi saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat

mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. Selama ini suamiku terus

membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan

fantasinya. Apabila aku menolaknya atau tidak mau membicarakan hal

tersebut. Gairah seks-nya pun semakin bertambah turun. Aku berpikir

bahwa aku harus membantu suamiku walaupun merasa tidak enak. Oleh

karena itu aku mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku

dapat melakukannya dan kutegaskan kepada suamiku bahwa aku mau

melakukan hal itu hanya untuk sekali ini saja.

“Aku telah mengundang Iyan untuk makan malam di sini malam ini,” kata

suamiku di suatu hari Sabtu. Aku agak terkesiap mendengar kata-kata

suamiku itu. Aku berfirasat bahwa suamiku akan memintaku untuk

mewujudkan niatnya bersama dia, karena Iyan adalah salah seorang yang

sering disebut-sebut oleh suamiku sebagai salah satu orang yang katanya

cocok untuk diriku dalam melaksanakan fantasi seksual-nya. Memang

selama ini sudah ada beberapa nama kawan-kawan suamiku maupun

kenalanku sendiri yang disodorkan kepadaku yang dianggap cocok untuk

melakukan hubungan seks denganku, salah seorangnya adalah Iyan. Akan

tetapi sejauh ini aku masih belum menanggapi secara serius tawaran dari

suamiku tersebut dan juga kebetulan kami tidak mempunyai kesempatan

yang baik untuk itu.

Iyan adalah salah seorang mantanku semasa SMA dan suamiku pun kenal

baik dengan dia. Secara terus terang memang kuakui juga penampilan

Iyan tidak mengecewakan. Bentuk tubuhnya pun lebih kekar dan atletis

dari tubuh suamiku. Walaupun Iyan adalah mantanku tetapi selama kami

berpacaran dulu Iyan sama sekali tidak pernah menyentuhku, memang

dulu kami tidak memiliki waktu luang untuk pacaran karena kami pacaran

ketika menjelang EBTANAS, dan setelah itu sibuk masing masing untuk

persiapan masuk universitas, kemudian putus.

Ketika Iyan datang, aku sedang merapikan wajahku dan memilih gaun

yang agak seksi sebagaimana anjuran suamiku agar aku terlihat menarik.

Dari cermin rias di kamar tidurku, kudapati gaun yang kukenakan terlihat

agak ketat melekat di tubuhku sehingga bentuk lekukan tubuhku terlihat

dengan jelas. Buah dadaku kelihatan menonjol membentuk dua buah

bukit daging yang indah. Sambil mematut-matutkan diri di muka cermin

akhirnya aku jadi agak tertarik juga memperhatikan penampilan

keseluruhan bentuk tubuhku. Kudapati bentuk keseluruhan tubuhku masih

tetap ramping dan seimbang. Buah dadaku yang subur juga kelihatan

masih sangat kenyal dan berisi. Demikian pula bentuk pantatku kelihatan

agak menonjol penuh dengan daging yang lembut namun terasa kenyal.

Ditambah lagi kulitku yang memang putih bersih tanpa adanya cacat

keriput di sana-sini membuat bentuk keseluruhan tubuhnya menjadi

sangat sempurna.

Melihat penampilan keseluruhan bentuk tubuhku itu secara terus terang

timbul naluri kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk tubuhku. Oleh

sebab itu aku berpikir pantas saja suamiku mempunyai imajinasi yang

sedemikian terhadap laki-laki yang memandang tubuhku karena bentuk

tubuhku ini memang menggiurkan selera kaum pria.Setelah makan

malam suamiku dan Iyan duduk mengobrol di taman belakang rumahku

dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir.

Foto Bokep -  Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam

itu benar-benar hanya tinggal kami bertiga saja di rumah. Kedua

pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat

untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika hari telah menjelang larut

malam dan udara mulai terasa dingin tiba-tiba suamiku berbisik

kepadaku. “Aku telah bicara dengan Iyan mengenai rencana kita. Dia

setuju dan malam ini dia akan menginap di sini. Tapi walaupun demikian

kau tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks

dengannya apabila memang suasana hatimu memang belum berkenan,

kuserahkan keputusan itu sepenuhnya kepadamu!” bisik suamiku

selanjutnya.

Mendengar bisikan suamiku itu aku diam saja. Aku tidak menunjukkan

sikap yang menolak atau menerima. Aku merasa sudah berputus asa

bahkan aku merasa benar-benar nekat menantang kemauan suamiku itu.

Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh

dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan menyesal bahwa istrinya

telah dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya seluruh bagian tubuh

istrinya yang sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain.

Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan siap untuk pergi

tidur. Secara demonstratif aku memakai baju tidur nylon yang tipis tanpa

BH sehingga buah dadaku terlihat membayang di balik baju tidur itu.

Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Iyan agak terhenyak untuk

beberapa saat. Akan tetapi mereka segera dapat menguasai dirinya

kembali dan suamiku langsung berkata kepadaku, “Ayo..!” kata suamiku

dengan wajah yang berseri-seri dan semangat yang tinggi suamiku

mengajak kami segera masuk ke kamar tidur.

Setelah lama terdiam akhirnya suamiku mengambil inisiatif dengan mulai

menyentuh dan melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh

payudaraku dari luar daster. Mendapat tindakan demikian Iyan mulai

mengelus-elus pahaku yang telah terbuka, karena dasterku telah

terangkat ke atas.Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan

diri bertelungkup di atas tempat tidur. Sebenarnya aku tetap masih

merasa risih tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki lain apalagi aku dalam

keadaan hanya memakai sehelai baju tidur nylon yang tipis dan tanpa BH.

Akan tetapi kupikir aku harus berusaha tetap tenang agar keinginan

suamiku dapat terwujud dengan baik.

Kemudian Iyan menarik tanganku dan meletakkannya di atas

pangkuannya. Sementara itu bibirnya mulai menyusur leher dan belakang

telingaku (bagian yang paling sensitif bagiku). Setelah itu suamiku

berbisik di telingaku, inilah saat untuk merealisasikan fantasi kita.

Sekarang Iyan mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Aku langsung

ditariknya, pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap

payudaraku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu

mengelus-elus punggungku sambil mulutnya melumat bibirku dengan

gemas. Tangan Iyan yang berada di payudaraku disisipkan pada belahan

daster yang terbuka dan mulai memelintir dengan halus ujung putingku

yang telah mengeras.

Iyan mendorongku perlahan-lahan sehingga berbaring di ranjang.

Jemarinya mulai meremas-remas payudaraku dan memilin-milin

putingnya. Saat itu separuh tubuhku masih belum total terhanyut tetapi

ternyata Iyan jagoan juga dan dalam waktu mungkin kurang dari 10 menit

aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat

dia tersenyum. Dan menghentikan aktivitasnya. Kini Iyan berusaha

membuka baju tidurku belum selesai berpikir beberapa saat kemudian aku

merasakan tarikan lembut di pahaku dan merasakan hawa dingin AC di

kulit pahaku yang berarti celana dalamku telah dilepas. Iyan menelanjangi

diriku dengan seenaknya sampai aku benar-benar dalam keadaan

bertelanjang bulat tanpa ada lagi sehelai benang pun yang menutupi

tubuhku.

Aku hanya dapat memejamkan mata dan pasrah saja menahan perasaan

malu bercampur gejolak dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi di

hadapan suamiku sendiri. Kemudian dia menelentangi tubuhku dan

menatap dengan penuh selera tubuhku yang telah berpolos bugil sepuas-

puasnya. Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat

itu. Seumur hidupku, aku belum pernah bertelanjang bulat di hadapan laki-

laki lain apalagi dalam situasi seperti sekarang ini. Aku merasa sudah

tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Iyan.

Secara reflek, dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kemaluan

Iyan yang telah tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana Iyan

terlihat menggembung besar. Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan

Iyan ini. Kemudian Iyan menarik tanganku ke arah resluiting celananya

yang telah terbuka dan menyusupkan tanganku memegang kemaluan Iyan

yang telah tegang itu. Aku langsung tersentak ketika terpegang senjata

Iyan yang tampaknya besar itu.

Suamiku kelihatan benar-benar menikmati adegan tersebut. Tanpa

berkedip dia menyaksikan bagaimana tubuh istrinya digarap dan dinikmati

habis-habisan oleh laki-laki lain. Sebagai seorang wanita normal keadaan

ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus

birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Iyan di bagian tubuhku yang sensitif

membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang belum

pernah kurasakan selama ini. Setelah beberapa saat mengelusnya,

kemudian Iyan berdiri di hadapanku dan membuka celananya sehingga

kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari

kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat.

Kini Iyan berada dalam keadaan bertelanjang bulat. Sehingga aku dapat

menyaksikan ukuran alat kejantanan Iyan yang telah menjadi tegang

ternyata memang jauh lebih besar dan lebih panjang dari ukuran alat

kejantanan suamiku yang mungkin cuma setengahnya. Bentuknya pun

agak berlainan.

Aku sangat terkejut melihat kemaluan Iyan yang sangat besar dan

panjang itu. Kemaluan yang sebesar itu yang sepertinya hanya ada di

film-film BF saja. Batang penisnya kurang lebih berdiameter 5 cm

dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang

sangat besar, panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian

pangkalnya ditumbuhi dengan rambut keriting yang lebat. Kulitnya agak

tebal, terus ada urat besar di sisi kiri dan kanan yang terlihat seperti ada

cacing di dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kompak (ini istilahku!)

, penuh dan agak berkerut-kerut. Garis lubangnya tampak seperti luka

irisan di kepala kemaluannya. Kemudian dia menyodorkan alat

kejantanannya tersebut ke hadapan wajahku.

Sesaat aku menoleh ke arah suamiku, aku tidak menduga akan

menghadapi penis yang sebesar itu. Aku mulanya juga agak ragu-ragu,

tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah kepalang, karena tidak

enak hati pada Iyan yang telah bersedia memenuhi keinginan kami

itu.Secara reflek aku segera menggenggam alat kejantanannya dan terasa

hangat dalam telapak tanganku. Aku memegangnya perlahan, terasa ada

sedikit kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku

tampak tak tersisa memenuhi lingkaran batangnya. Aku tidak pernah

membayangkan selama ini bahwa aku akan pernah memegang alat

kejantanan seorang laki-laki lain di hadapan suamiku.

Dengan penuh keragu-raguan aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia

semakin bertambah asyik menikmati bagian dari adegan itu tanpa

memikirkan perasaanku sebagai istrinya yang sedang digarap habis-

habisan oleh seorang laki-laki lain, yang juga merupakan bekas pacarku.

Dalam hatiku tiba-tiba muncul perasaan geram terhadap suamiku,

sehingga dengan demonstratif kuraih alat kejantanan Iyan itu ke dalam

mulutku menjilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian

kukulum dan hisap sehebat-hebatnya.Aku merasa sudah kepalang basah

maka aku akan nikmati alat kejantanan itu dengan sepuas-puasnya

sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan hisapanku itu membuat

alat kejantanan Iyan yang memang telah berukuran besar menjadi

bertambah besar lagi.

Di lain keadaan dari alat kejantanan Iyan yang sedang mengembang keras

dalam mulutku kurasakan ada semacam aroma yang khas yang belum

pernah kurasakan selama ini. Aroma itu menimbulkan suatu rasa

sensasional dalam diriku dan liang kewanitaanku mulai terasa menjadi liar

hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin

menjadi-jadi menghisap alat kejantanan itu lebih hebat lagi secara bertubi-

tubi. Kuluman dan hisapanku yang bertubi-tubi itu rupanya membuat Iyan

tidak tahan lagi. Dengan keras dia menghentakkan tubuhku dalam posisi

telentang di atas tempat tidur. Aku pun kini semakin nekat dan pasrah

untuk melayaninya.

Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar. “Yan…” aku bahkan

tidak tahu memanggilnya untuk apa. Sambil berlutut mendekatkan

tubuhnya di antara pahaku, Iyan berbisik, “Ssttt… kamu diam saja, nikmati

saja!” katanya sambil dengan kedua tangannya membuka pahaku

sehingga selangkanganku terkuak tepat menghadap pinggulnya karena

ranjangnya tidak terlalu tinggi. Itu juga berarti bahwa sekian saat lagi

akan ada sesuatu yang akan menempel di permukaan kemaluanku. Benar

saja, aku merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat di permukaan

kemaluanku. Tidak langsung diselipkan di ujung lubangnya, tetapi hanya

digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir-bibir

kemaluanku terasa monyong-monyong kesana kemari mengikuti arah

gerakan kepala kemaluannya. Tetapi pengaruh yang lebih besar ialah aku

merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur

tubuhku dimulai dari titik gesekan itu.

Beberapa saat Iyan melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku

meraih tangannya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-

benar menanti puncak permainannya. Iyan menghentikan aktivitasnya itu

dan menempelkan kepala kemaluannya tepat di antara bibir kemaluanku

dan terasa bagiku tepat di ambang lubang kemaluanku. Aku benar-benar

menanti tusukannya. Oh.. God… please! Tidak ada siksaan yang lebih

membuat wanita menderita selain dalam kondisiku itu. Sesaat aku lupa

kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat cuma Iyan dan barangnya yang

besar panjang. Ada rasa takut, ada pula rasa ingin cepat merasakan

bagaimana rasanya dicoblos barang yang lebih besar, lebih panjang,

“Ooouugghhh,” tak sabar aku menunggunya.

Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari membuka ke kiri dan ke kanan

bibir-bibir kemaluanku. Dan yang dahsyat lagi aku merasakan sebuah

benda tumpul dari daging mendesak di tengah-tengah bentangan bibir itu.

Aku mulai sedikit panik karena tidak mengira akan sejauh ini tetapi tentu

saja aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku sendiri yang memulainya

tadi dan juga aku sangat mengaguminya.Perlahan-lahan Iyan mulai

memasukkan penisnya ke vaginaku. Aku berusaha membantu dengan

membuka bibir vaginaku lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit untuk

penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vaginaku yang kecil. Tangan

Iyan yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga

pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang

satu memegang batang penisnya yang diarahkan masuk ke dalam vagina.

Pada saat Iyan mulai menekan penisnya, aku menjerit tertahan, “Aduuhh…

sakiiitt… Yann…, pelan-pelan… doong.” Iyan agak menghentikan

kegiatannya sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil

nafas, kemudian Iyan melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan

penisnya. Sementara itu batang kemaluan Iyan mulai mendesak masuk

dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan

dalam liang kemaluanku. Aku benar-benar tergial ketika merasakan kepala

kemaluannya mulai melalui liang kemaluanku, diikuti oleh gesekan dari

urat-urat batangnya setelahnya. Aku hanya mengangkang merasakan

desakan pinggul Iyan sambil membuka pahaku lebih lebar lagi.

Aku mulai merasakan perasaan penuh di kemaluanku dan semakin penuh

seiring dengan semakin dalamnya batang itu masuk ke dalam liangnya.

Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Iyan ketika seluruh batang itu

amblas masuk. Aku sendiri tidak mengira batang sebesar dan sepanjang

tadi bisa masuk seluruhnya. Rasanya seperti terganjal dan untuk

menggerakkan kaki saja rasanya agak susah. Sesaat keherananku yang

sama muncul ketika melihat film biru di mana adegannya seorang cewek

berada di atas cowoknya dan bisa bergerak naik-turun dengan cepat.

Padahal ketika seluruh batang kemaluannya yang besar itu masuk,

bergerak sedikit saja terasa aneh bagiku. Sedikit demi sedikit aku mulai

merasa nyaman.

Saat itu seluruh batang kemaluan Iyan telah amblas masuk seluruhnya di

dalam liang kemaluanku. Tanpa sengaja aku terkejang seperti menahan

kencing sehingga akibatnya seperti meremas batang kemaluan Iyan. Aku

agak terlonjak sejenak ketika merasakan alat kejantanan Iyan itu

menerobos ke dalam liang kemaluanku dan menyentuh leher rahimku.

Aku terlonjak bukan karena alat kejantanan itu merupakan alat kejantanan

dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki

tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan tetapi lebih disebabkan aku

merasakan alat kejantanan Iyan memang terasa lebih istimewa daripada

alat kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun ketegangannya.

Selama hidupku memang aku tidak pernah melakukan hubungan seks

dengan laki-laki lain selain suamiku sendiri dan keadaan ini membuatku

berpikiran lain. Aku tidak menyangka ukuran alat kejantanan seorang laki-

laki sangat berpengaruh sekali terhadap kenikmatan seks seorang wanita.

Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku

tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Iyan erat-erat untuk selanjutnya aku

mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh

Iyan. Saat itu kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamar. Tanganku

memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku menariknya

kembali ketika Iyan menarik kemaluannya dan belum sampai tiga

perempat panjangnya kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat.

Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkannya

secara tiba-tiba itu.

Begitulah beberapa kali Iyan melakukan hujaman-hujaman ke dalam liang

terdalamku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa

nikmat yang amat banyak ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan

semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding

lubang kemaluanku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat batang

kemaluan Iyan yang seperti akar-akar yang menjalar-jalar itu. Biasanya

suamiku kalau bersenggama semakin lama semakin cepat gerakannya,

tetapi Iyan seperti menemukan sebuah irama gerakan yang konstan tidak

cepat dan tidak lambat.



Foto Bokep -  Tapi anehnya justru bagiku aku semakin bisa merasakan setiap milimeter

permukaan kulit kemaluannya. Pada tahap ini, seperti sebuah tahap

ancang-ancang menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan

pahaku mulai seperti mati rasa seiring dengan semakin membengkaknya

rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu

kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang

semakin lama semakin cepat.

Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kudapati

suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh

Iyan. Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali geram di hatiku,

maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Iyan sehebat-

hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah film biru. Keadaan

ini tiba-tiba membuatku merasakan ada suatu kepuasan dalam diriku. Hal

itu bukan saja disebabkan oleh kenikmatan seks yang sedang kualami

bersama Iyan, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain yaitu

aku telah dapat melampiaskan rasa kesalku terhadap suamiku. Suamiku

menghendakiku berhubungan seks dengan laki-laki lain dan malam ini

kulaksanakan sepuas-puasnya, sehingga malam ini aku bukan seperti aku

yang dulu lagi. Diriku sudah tidak murni lagi karena dalam tubuhku telah

hadir tubuh laki-laki lain selain suamiku.

Setelah agak beberapa lama kami bergumul tiba-tiba Iyan menghentikan

gerakannya dan mengeluarkan alat kejantanannya yang masih berdiri

dengan tegar dari liang kenikmatanku. Kupikir dia telah mengalami

ejakulasi dini. Pada mulanya aku agak kecewa juga karena aku sendiri

belum merasakan apa-apa. Bahkan aku tidak merasakan adanya sperma

yang tumpah dalam rahimku. Akan tetapi rupanya dugaanku salah, kulihat

alat kejantanannya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya. Iyan

menghentikan persetubuhannya karena dia meminta suamiku

menggantikannya untuk meneruskan hubungan seks tersebut. Kini dia

yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri.

Suamiku dengan segera menggantikan Iyan dan mulai menyetubuhi diriku

dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian hebat dan

bernyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan

tubuhnya ke tubuhku. Akan tetapi apakah karena aku masih terpengaruh

oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Iyan, maka ketika

suamiku menghunjamkan alat kejantanannya ke dalam liang

kenikmatanku, kurasakan alat kejantanan suamiku itu kini terasa hambar.

Kurasakan otot-otot liang senggamaku tidak lagi sedemikian tegangnya

menjepit alat kejantanan itu sebagaimana ketika alat kejantanan Iyan

yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar liang

senggamaku. Alat kejantanan suamiku kurasakan tidak sepenuhnya

masuk ke dalam liang senggamaku dan terasa lebih lembek bahkan dapat

kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam liang senggamaku yang kini telah

pernah diterobos oleh sesuatu benda yang lebih besar.

Di lain keadaan mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang

terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan

yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa

kali saja dia mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku dan dalam waktu

kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan

hebat. Malahan karena alat kejantanan suamiku tidak berada dalam liang

kewanitaanku secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh

spermanya agak di luar liang kewanitaanku dengan berkali-kali dan sangat

banyak sekali sehingga seluruh permukaan kemaluan sampai ke sela

pahaku basah kuyub dengan cairan sperma suamiku. Selanjutnya suamiku

langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di

sampingku.

Sementara itu aku masih dalam keadaan liar. Bagaikan seekor kuda

betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku belum

sempat mengalami puncak ejakulasi sama sekali semenjak disetubuhi

oleh Iyan. Oleh karena itu sambil mengerang-erang kecil aku raih alat

kejantanan suamiku itu dan meremas-remasnya dengan kuat agar dapat

segera tegang kembali. Akan tetapi setelah berkali-kali kulakukan

usahaku itu tidak membawa hasil. Alat kejantanan suamiku malahan

semakin layu sehingga akhirnya aku benar-benar kewalahan dan

membiarkan dia tergolek tanpa daya di tempat tidur. Selanjutnya tanpa

ampun suamiku tertidur dengan nyenyak dalam keadaan tidak berdaya

sama sekali.

Aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih

bertelanjang bulat menuju kamar mandi yang memang menyatu dengan

kamar tidurku untuk membersihkan cairan sperma suamiku yang

melumuri tubuhku. Kemudian tiba-tiba Iyan yang masih dalam keadaan

bertelanjang bulat langsung memelukku dari belakang sambil memagut

serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia

membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang aku kini berada dalam posisi

menungging. Dalam posisi yang sedemikian Iyan menyetubuhi diriku dari

belakang dengan garangnya sehingga dengan cepat aku telah mencapai

puncak ejakulasi terlebih dahulu. Begitu aku sedang mengalami puncak

ejakulasi, Iyan menarik alat kejantanannya dari liang senggamaku, seluruh

tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan liang kenikmatanku

berdenyut agak aneh dalam suatu gerakan liar yang sangat sukar sekali

kulukiskan dan belum pernah kualami selama ini. Aku kini tidak dapat

tidur walaupun barusan aku telah mengalami orgasme bersama Iyan.

Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Iyan yang masih bertelanjang

bulat sebagaimana juga diriku, menarikku dari tempat tidur dan

mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku.

Bagaikan didorong oleh suatu kekuatan hipnostisme yang besar, aku

mengikuti Iyan ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil

berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang

bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.

Memang saat itu aku merasa diriku seakan berada dalam suatu suasana

yang mirip pada saat aku mengalami malam pengantinku yang pertama.

Sambil mendekap diriku Iyan terus-menerus menciumiku sehingga aku

kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Dan tidak lama

kemudian tubuh kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu

permainan persetubuhan yang dahsyat.

Tidak berapa lama kemudian Iyan membalikkan tubuhku sehingga kini aku

berada di posisi atas. Selanjutnya dengan spontan kuraih alat

kejantanannya dan memandunya ke arah liang senggamaku. Kemudian

kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Iyan dan mulai mengayunkan

tubuhku turun-naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan

akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-

desah kecil. Sementara itu Iyan dengan tenang telentang menikmati

seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang

amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil. Dengan semakin

cepat aku menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Iyan dan

nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh

kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku.

Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan

puncak ejakulasi dengan hebat dan tubuhku langsung terkulai

menelungkup di atas tubuh Iyan. Setelah beberapa saat aku tertelungkup

di atas tubuh Iyan, tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat.

Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur

dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga liang

kenikmatanku yang telah basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas

menganga dengan lebar. Selanjutnya Iyan mengacungkan alat

kejantanannya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah liang

kewanitaanku dan menghunjamkan kembali alat kejantanannya tersebut

ke tubuhku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali

ketika alat kejantanan Iyan mulai menerobos dengan buasnya ke dalam

tubuhku dan membuat gerakan mundur-maju dalam liang senggamaku.

Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti

alunan gerakan turun-naiknya alat kejantanan Iyan yang semakin lama

semakin cepat menggenjotkan di atas tubuhku. Aku merasakan betapa

liang kewanitaanku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan

melahap alat kejantanan Iyan yang teramat besar dan panjang itu

sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan

rakusnya. Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras

karena kemaluan Iyan tegar dan perkasa itu menghujam lubang

kemaluanku.

Akhirnya kulihat Iyan tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik wajah yang

sangat luar biasa dia melepaskan puncak orgasmenya secara bertubi-tubi

menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam tubuhku dalam waktu yang

amat panjang. Sementara itu alat kejantanannya tetap dibenamkannya

sedalam-dalamnya di liang kewanitaanku sehingga seluruh cairan

birahinya terhisap dalam tubuhku sampai titik penghabisan. Selanjutnya

kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap

menyatu.

Selama kami tergolek, alat kejantanan Iyan masih tetap terbenam dalam

tubuhku, dan aku pun memang berusaha menjepitnya erat-erat karena

tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku. Setelah

beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Iyan mulai bangkit dan

menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan

mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan

cium yang mesra penuh dengan perasaan. Sementara itu tangannya

dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang

sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya.

Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali.

Kulihat alat kejantanan Iyan mulai kembali menegang tegak sehingga

secara serta merta Iyan segera menguakkan kedua belah pahaku

membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai menyetubuhi diriku

kembali.Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana

kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan

liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam

suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya

sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana

kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang

melakukan kewajibannya.

Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani

Iyan sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini

berlangsung sangat lama sekali. Suasana ini berakhir dengan tibanya

kembali puncak ejakulasi kami secara bersamaan. Kami kini benar-benar

kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap

dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.

Semenjak pengalaman kami malam itu, suamiku tidak

mempermasalahkan lagi soal fantasi seksualnya dan tidak pernah

menyinggung lagi soal itu. Namun apa yang kurasakan bersama suamiku

secara kualitas kurasakan tidak sehebat sebagaimana yang kualami

bersama Iyan. Kuakui malam itu Iyan memang hebat. Walaupun telah

beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah

berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan

seksual yang luar biasa hebatnya yang belum pernah kualami bersama

suamiku selama ini.

Walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Iyan masih tetap saja

kelihatan bugar. Alat kejantanannya pun masih tetap berfungsi dengan

baik melakukan tugasnya keluar-masuk liang kewanitaanku dengan tegar

hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai

dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus

mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun alat kejantanan

Iyan masih tetap tegar bertahan. Memang secara terus terang kuakui

bahwa selama melakukan hubungan seks dengan suamiku beberapa

bulan belakangan itu, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama

sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi

seperti malam itu. Sehingga secara terus terang setelah hubungan kami

yang pertama di malam itu kami masih tetap berhubungan tanpa

sepengetahuan suamiku.

Awalnya di suatu pagi Iyan berkunjung ke rumahku pada saat suamiku

sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat itu dia

minta tolong kepadaku untuk menyalurkan kebutuhan seksnya. Mulanya

aku ragu memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi anehnya aku tidak

kuasa untuk menolak permintaan tersebut. Sehingga kubiarkan saja dia

melepaskan hasrat birahinya. Hubungan itu rupanya membawa diriku ke

dalam suatu alam kenikmatan lain tersendiri.

Ketika kami berhubungan seks secara terburu-buru di suatu ruangan

terbuka kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat

menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Iyan semakin

berlanjut. Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Iyan sering membuat

suatu pertemuan sendiri di luar rumah. Melakukan hubungan seks yang

liar di luar rumah, baik di kamar cottage ataupun di kamar hotel, bahkan

di rumahku ketika suamiku tidak ada di rumah. Kami saling mengisi

kebutuhan jasmani masing-masing dalam adegan-adegan sebagaimana

yang pernah kami lakukan di kamar tidurku di malam itu, dan sudah

barang tentu perbedaannya kali ini adegan-adegan tersebut kini kami

lakukan tanpa dihadiri dan tanpa diketahui oleh suamiku.

Sebagai wanita yang sehat dan normal, aku tidak menyangkal bahwa

berkat anjuran suamiku malam itu aku telah mendapatkan makna lain

dari kenikmatan hubungan seksual yang hakiki walaupun hal itu pada

akhirnya kuperoleh dari mantan pacarku, mungkin aku agak menyesal

kenapa dulu tidak melanjutkan hubunganku dengan Iyan yang mungkin

masih dapat bersatu lagi kalau saja aku tidak merasa gengsi untuk

kembali padanya walaupun ada kesempatan setelah dia putus dengan

pacarnya. Tapi akhirnya aku dapat melanjutkannya sekarang, memang

kalau sudah jodoh tak akan lari ke mana.


banner
Previous Post
Next Post

0 comments: